Padi adalah makanan pokok Indonesia. Beras yang berasal dari gabah padi yang dikonsumsi di Kepulauan Aru merupakan hasil kerja Petani Penggarap Lahan Sawah dari Pulau Jawa. Dengan hanya menggarap lahan sawah dalam luasan 0,5 - 1 hektar sudah memberikan sumbangan bagi konsumen di seluruh Nusantara.
Sungguh diakui itu, namun padi sejak nenek moyang Kepulauan Aru tidak kala penting dijadikan beras sebagai makanan tambahan selain PAPEDA. Namun hal itu belum ditindak lajuti secara berkelanjutan. Harapan gerasi penerus dapat menindaklanjuti pekerjaan yang mulia itu, namun hingga saat ini masih terabaikan.
Potensi alam di Kepulauan Aru sangat menjanjikan Seluas hektaran lahan pertaniannya. Begitu banyak lahan yang nganggur yang belum termanfaatkan secara intensif dan berkelanjutan.
Berladang / berkebun adalah tradisi pertanian masyarakat yang telah terwariskan secara turun temurun. Masyarakat Kepulauan Aru selain berpenghasilan utama perikanan tangkap dan juga dibidang pertanian sebagai pekerjaan sampingan yang belum tertata dengan baik, yang belum dimanfaatkan secara intensif dan belum berkelanjutan. Hidup berladang di Kepulauan Aru bersifat nomaden atau ladang berpindah-pindah. Hal ini, jika mengikuti sejarah pertanian maka berladang atau berkebun di Kepulauan Aru masih bersifat pertanian kuno yang dikenal sejak beberapa abad yang silam. Bisa jadi secara pemikiran sadar, beranggapan bahwa hal itu tidak benar, tetapi itulah realita. Dilain hal, dengan adanya kekunoannya, lahan pertanian di wilayah itu belum terkontaminasi dengan teknologi rekayasa yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia seingga tanahnya masih tetap terjaga.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa potensi itu mempunyai nilai jual yang tak terkalahkan selama Bangsa Indonesia masih ada. Kepulauan Aru mempunyai peluang dibidang pertanian yaitu berladang atau sebutan masyarakat ialah berkebun atau kebun walaupun tradisional. Hal ini jika diusahakan secara intensif dan berkelanjutan, akan memberikan output yang luar biasa karena belum tercemari dengan limbah industri dan teknologi yang tidak ramah lingkungan.
Dengan demikian, Kepulauan Aru akan dijadikan sebagai produksi beras organik yang saat ini dicari-cari untuk sebagai makanan yang aman dikonsumsi. Hal ini bisa dibuktikan karena lahan pertanian di Kepualauan Aru belum terkontaminasi dengan bahan atau unsur kimia buatan dan air bebas cemaran limbah industri dan limbah rumahtangga.
Hal lain adalah secara agribisnis dapat memperndek rantai pemasaran beras dari pulau jawa dan hanya dapat diperoleh di Kepulauan Aru (tidak inpor) dan dengan demikian harga beras pun akan murah.
Ini hanya hayalan saja HAHAHAHAHA !
Catatan :
Petani di Pulau jawa dengan luasan lahan sawah hanya 2 hektar sudah dikatakan petani ber_JAS dan fasilitasi yang mewah. Sungguh termotiva !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar