Rabu, 17 Juni 2015

Laporan Kerja Lapangan III



LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) III







Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui
oleh


Pembimbing I



Pembimbing II


Ir. Mochamad Fadil, MS
NIP. 19540715 1979031 003

Ainu Rahmi, SP, MP
NIP. 19731019 200212 2 001


Mengetahui
Ketua Jurusan/Prodi, Punyuluhan Pertanian


Tatang Suryadi, SP, MP
NIP.19690721 199303 1 001




Malang, Pebruari  2015
PRAKATA

Patut dan disyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) III Penyuluhan Pertanian ini dapat dilesaikan  dengan baik.
Porposal ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang dan dilaksanakan oleh mahasiswa untuk belajar dengan lingkungan dengan proses pembelajaran Out Campus (di lapangan). Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan untuk menghasilkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang tangguh, khususnya dibidang pertanian.
Dalam penulisan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.   Ir Mochamad Fadil, MS selaku pembimbing I
2.   Ainu Rahmi, SP, MP selaku pembimbing II
3.   Sriani, Sp selaku pembimbing ekstern
4.   Dr.Tatang Suryadi,SP. MP, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan Pertanian.
5.   Dr. Ir. Siti Munifah. Msi, selaku Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian  Malang.
6.   Nur Khotimah Setyorini selaku Kepala Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
Dan semua pihak, baik secara lansung maupun tidak lansung yang telah membantu penulis dalam penyusunan proposal ini.




                                                                       Malang,  April 2015



                                                                                Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL                                                                                                        HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ i
PRAKATA.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................  1
1.2 Masalah ..............................................................................................................  3
1.3 Tujuan .................................................................................................................  4
1.4 Manfaat ...............................................................................................................  4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................  6
2.1 Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian ........................................................  7
2.2 Tujuan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ........................................  8
2.3 Metode Evaluasi .................................................................................................  8
2.4 Intrumen Evaluasi................................................................................................ 9
2.5 Merekap, Mentabulasi Jenis Data dan Hasil Evaluasi .......................................  9
2.6 Analisis Data ....................................................................................................... 11
2.7 Pelaporan ............................................................................................................ 12
BAB III METODOLOGI ............................................................................................ 13
3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................................... 13
3.2 Hakekat Evaluasi ................................................................................................ 13
3.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................................ 13
3.4 Metode Pengambilan Data ................................................................................. 14
3.5 Metode Analisis Data .......................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 15
4.1 Keadaan Umum Wilayah ................................................................................... 15
4.2 Pengenalan PTT Padi Sawah Cara Tanam Jajar Legowo ................................ 18
4.3 Tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian .......................................... 19
4.3.1 Menjaring data sekunder ........................................................................... 19
4.3.2 Menjaring Data Primer .............................................................................. 19
4.4 Metode Evaluasi .................................................................................................  20
4.5 Instrumen Evaluasi .............................................................................................  21
4.6 Rekapan dan mentabulasi  jenis data hasil evalusi ............................................  22
4.7 Analisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil evaluasi ..........................  22
4.8 Menetapkan Hasil Evaluasi ................................................................................  23
BAB V PENUTUP ....................................................................................................  28
5.1 Kesimpulan dan Saran .......................................................................................  28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................  30




























DAFTAR LAMPIRAN

JUDUL                                                                                                         HALAMAN
Lampiran 1. Berita Acara PKL ..................................................................................  32
Lampiran 2 Berita Acara Evaluasi ............................................................................  33
Lampiran 3 Perencanaan Menjaring Data Evaluasi .................................................  34
Lampiran 4 Kisi Pengembangan Variabel & Pengembangan Koesioner .................  35
Lampiran 5 Quisioner ...............................................................................................  36
Lampiran 6 Rekap Hasil Evaluasi ............................................................................  37
Lampiran 7 Programa Penyuluhan Pertanian BPP Balen .......................................  38
Lampiran 7 Bukti Fisik Kegiatan PKL .......................................................................  38








BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Indonesia sejak dulu termasuk negara yang diperhitungkan dan menjadi incaran Negara lain karena memiliki potensi produksi pertanian yang juga cukup besar. Potensi ini perlu diperhatikan dan dilestarikan sehingga tetap menjadi negara pertanian yang juga diperhitungkan. Meskipun memiliki banyak masalah lingkungan akibat pertanian tak ramah lingkungan, kini Indonesia sedang bergerak menuju praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan meskipun dalam skala kecil.
Menariknya, sektor swasta memainkan peranan penting untuk mengenalkan sarana produksi (pupuk an organic) yang tidak ramah lingkungan dan kini selalu berkelanjutan kepada petani. Contoh pada produksi padi, makanan pokok orang Indonesia. Saat ini tanah menjadi keras, tanah masam dllnya akibat penggunaan pupuk an-organik yang berlebihan, namun belum muncul kesadaran dikalangan petani tentang perlunya keseimbangan lingkungan, pangan sehat dan aman dikonsumsi. Kondisi ini mebuat pemerintah selalu dan selalu berdampak pada munculnya peluang-peluang baru untuk mengubah praktik pertanian an-organik ke arah pertanian organic (pertanian ramah lingkungan).
Berkaitan dengan hal tersebut untuk mendukung dan meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Untuk mewujudkan 4 (empat) sukses pembanguan pertanian tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, handal serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga pelaku utama pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu menerapkan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan.
Membangun sumber daya manusia (SDM) pertanian yang berkualitas dan handal, diperlukan Penyuluh Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global dalam penyelenggaraan penyuluhan yang produktif, efektif dan efisien. Penyuluh Pertanian diarahkan untuk melaksanakan tugas pendampingan dan konsultasi bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnisnya, sehingga adopsi teknologi tepat guna dapat berjalan dengan baik dan pada gilirannya meningkatkan pemberdayaan pelaku utama, produksi, produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani beserta keluarganya.
Sebagai bagian integral/terpadu (mengenai keseluruhan) dalam membina profesionalisme pelaku utama pertanian secara berkelanjutan maka diperlukan evaluasi. Melalui evaluasi ini diharapkan dapat diketahui masalah-masalah dan potensi yang ada sebagai bahan analisa untuk perbaikan kedepan. Agar evaluasi dapat dilaksanakan dengan baik sesuai prinsip objektifitas, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan, maka perlu disusun Pedoman Evaluasi.
Dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III Tahun Akademik 2014/2015, evaluasi penyuluhan pertanian (2015), evaluasi kegiatan penyuluhan difokuskan pada 7 elemen kompetensi yaitu : bagaimana menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian, bagaimana memilih metode evaluasi yang sesuai, seperti apa mempersiapkan instrument evaluasi, bagaimana merekap dan mentabulasi  jenis data hasil evalusi, menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil evaluasi, menetapkan hasil evaluasi dan menyusun laporan hasil evaluasi sesuai dengan sistematika penulisan laporan ilmiah.
Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian pada Kabupaten Bojonegoro sesuai tingkatan (desa, kecamatan dan kabupaten) adalah suatu penilaian dan pengukuran terhadap serangkaian rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang memuat keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai tujuan, strategi dan kebijakan serta prioritas Program Pembangunan Pertanian yang direncanakan, sementara dilaksanakan dan telah dilaksanakan selama tahun 2014 dan atau tahun 2015.  Menurut Dandan Hendaya dkk (2010), evaluasi disusun secara partisipatif, pokokpokok permasalahan, potensi, peluang dan tantangan yang harus dievaluasi pada saat ini dan diperbarui untuk masa yang akan datang.
Programa Penyuluhan. Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian yang dievaluasikan yaitu programa tahun 2014 dan atau 2015 di Lokasi PKL III, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah merupakan suatu kegiatan yang harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian yang lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dalam upaya pencapaian program pemerintah dibidang pertanian swasebada pangan padi, jagung dan kedelei yang saat ini trend, untuk menekan inpor pangan dari Negara lain, maka dibutuhkan kegiatan penyuluhan pertanian dengan memberikan informasi, motivasi dan keyakinan kepada petani untuk mengadopsi inovasi pertanian yang efektif, efesien dan menguntungkan petani. Sebab kita berbicara tentang program pemerintah, namun tidak melihat terhadap karakteristik petani dengan ketersedian infrastruktur (sarana dan prsarana) pertanian, maka apa yang menjadi tujuan kita akan sia-sia. Mengapa demikian ? Karena petani adalah dasar pertanian.
1.2  Masalah
Dari latar belakang tersebut, pemerintah melalui pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota berpartisipasi aktif untuk turut serta bersama petani dalam mepertahankan dan meningkatkan produksi PAJALE (padi, jagung, kedelei). Untuk mepertahankan dan meningkatkan hal tersebut, maka dibutuhkan teknologi pertanian yang meningkatkan hasil produksi (padi, jagung, kedelei) pertanian untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu bentuk dari penggunaan teknologi (inovasi) untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yang salah satunya adalah padi dengan cara mengatur jarak tanam disebut dengan cara tanam padi sistem jajar legowo. Pada prinsipnya cara tanam jajar legowo untuk mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dan juga merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Berdasarkan hasil pengamatan, di Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2002 terdapat petani yang manam padi dengan cara jajar legowo (-namun pada tahun 2015 turun drastic dan tidak berkelanjutan. Kondisi ini sesuai dengan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur dalam RKTP (rencana kerja tahunan penyuluh), pada wilayah bimbingan penyuluh Sriani, SP, (2014), terdapat 90 % petani belum menanam padi dengan cara larikan/jajar legowo termasuk petani di Desa Kemamang. Hal ini membuat evaluator merasa ada hal yang mempengaruhi petani terhadap penerapan inovasi jajar legowo, sehingga petani tetap mengandalkan menanam padi dengan system tegel. Kondisi ini memotivasi evaluator untuk mengevaluasi tentang Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo.
1.3   Tujuan
Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada Kabupaten Bojonegoro dengan tujuan difokuskan pada 7 elemen kompetensi yaitu :
1.    Untuk menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian
2.    Untuk memilih metode evaluasi yang sesuai
3.    Untuk mempersiapkan instrument evaluasi
4.    Untuk merekap dan mentabulasi  jenis data hasil evalusi
5.    Untuk menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil evaluasi
6.    Untuk menetapkan hasil evaluasi
7.    Menyusun laporan hasil evaluasi sesuai dengan sistematika penulisan laporan ilmiah
1.4    Manfaat
1.    Manfaat bagi mahasiswa adalah :
a.    Mahasiswa dapat berlatih melakukan tugas kerja evaluasi programa penyuluhan pertanian
b.    Mahasiswa dapat melakukan kerja sama dengan instansi pemerintah/swasta,  pengusaha, petani dan stakeholder lain dalam memfasilitasi evaluasi penyluhan pertanian
c.    Mahasiswa  dapat berlatih bermasyarakat dengan kondisi sosial-budaya di tempat PKL.
2.    Manfaat bagi orang lain
a.    Mengenal Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai penyelenggara pendidikan program Diploma IV penyuluhan pertanian.
b.    Membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan instansi terkait,dan petani dalam proses perencanaan pembangunan pertanian.
c.    Menciptakan kegiatan kerjasama yang baik dibidang penelitian, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (PPK) yang saling menguntungkan.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian
 Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari programa. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria/pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti /kejadian adalah kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk dengan membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009).
Evaluasi Programa merupakan suatu kegiatan yang penting, namun kerap dikesampingkan dan konotasinya negatif, karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian. Tetapi seperti hal yang telah dicantumkan pada pendahuluan bahwa, metode evaluasi apabila dilihat dari segi manfaatnya adalah sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif, efisien, terukur dan dapat mengetahui ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan/program penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu programa penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian. Sedangkan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/programa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan parameter kinerja Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Permentan, 2013).
2.2      Tujuan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Evaluasi yang efektif dapat dinilai dari beberapa kriteria yaitu memiliki tujuan evaluasi yang didefinisikan dengan jelas, pengukuran dilakukan dengan saksama menggunakan alat ukur yang valid dan evaluasi dilakukan seobyektif mungkin yaitu bebas dari penilaian yang bersifat pribadi;
Sesuai telahaan referensi di internet, didalam wikipedia bahasa Indonesia, disebutkan bahwa tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah :
a.    Untuk menentukan sejauh mana kegiatan penyuluhan pertanian dapat dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku petani yang menjadi sasaran didik dari kegiatan penyuluhan pertanian.
b.    Didapat keterangan-keterangan dari lapangan yang dapat digunakan untuk penyesuaian program penyuluhan pertanian yang sedang berjalan.
c.    Untuk mengukur keefektifan dari metode dan alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan penyuluhan pertanian.
d.    Untuk mendapatkan data laporan tentang hal-hal yang terjadi dilapangan.
e.    Untuk memperoleh landasan bagi program penyuluhan pertanian.
f.     Memberikan kepuasan bagi psikologis orang-orang yang terlibat di dalam program penyuluhan pertanian.
Selain itu, beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi diantaranya ialah :
1.    Tujuan Kegiatan (activity objective)
a.    Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan programa (keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
b.    Mengetahui sasaran/tujuanprograma/kegiatan yang telah tercapai.
c.    Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan
d.    Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan programa.
e.    Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam perencanaan dan pelaksanaan programa.
f.     Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
2.   Tujuan Managerial (managerial objective)
a.    Memberikan data / informasi sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
b.    Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
c.    Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
d.    Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
3.   Tujuan Programa  (Programa objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari programa selain untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu dilakukan evaluasi programa penyuluhan pertanian adalah kemungkinan :
a.    Telah terjadi perubahan struktur dan programa dari lembaga-lembaga terkait
b.    Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.
2.3      Metode Evaluasi
Secara umum metode yang digunakan dalam evaluasi yaitu metode kuantitatif, metode kualitatif, dan metode campuran. Penggunaan metode evaluasi tersebut disesuaikan dengan jenis data yang hendak dijaring, sumber informasi dan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan evaluasi.
Metode yang digunakan  dalam evaluasi adalah gabungan (metode campuran) antara metode kualitatif dan kuantitatif. Alasan penggunaan metode campuran adalah untuk menjelaskan  aspek  output  / produk dan sikap. Dampak evaluasi ditentukan dengan pengambilan data dengan membandingkan data awal dan akhir pada 20 responden (anggota kelompoktani). Sehubungan dengan itu, aspek instrumen evaluasi untuk produk keluaran dan sikap dirancang dengan skala  liekrt.  Jawaban responen  (skor)  ditabulasikan  dan  dikategorikan,  sehingga  menghasilkan kategori sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk. Penggunaan skala likert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang, tentang inovasi pertanian yang nantinya direkomendasikan. Menurut Sugiyono (2007), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Hal ini akan  di evaluasi dijabarkan menjadi unsur-unsur, komponen-komponen yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak untuk menyusun instrumen.
2.4      Intrumen Evaluasi
Instrumen berupa butir-butir pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden. Jawaban responden merupakan gradasi yang bergerak sangat positif sampai sangat negatif dapat berupa kata-kata seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Misalnya : Evaluasi terhadap 20 responden dengan hasil jawaban  :
5 orang jawaban                     : SS (sangat setuju)
10 orang jawaban                   : S (setuju)
4 orang jawaban                     : RR (ragu-ragu)
4 jawaban                                : TS (sangat tidak setuju)
1 orang jawaban                     : STS (sangat tidak setuju)
Cara menghitung pernyataan responden tersebut menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2007), dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015 : 18) bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social.
2.5      Merekap, Mentabulasi Jenis Data dan Hasil Evaluasi
1. Merekap Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan pengalian data dan informasi evaluasi pelaksanaan program/programa kegiatan penyuluhan pertanian, data dan informasi tersebut dikumpulkan dan diolah sesuai dengan pengambilan data dan informasi pada lokasi evaluasi. Mengolah data dan informasi terbut, maka akan dilakukan rekapan hasil evaluasi sesuai dengan pengambilan data dilapangan dan relefansi informasi teoritis yang berkaitan dengan evaluasi program/programa/kegiatan yang dilaksanakan.
Nasir (2003 : 328), dalam Bucchari Alma (2013 : 290) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penilitian. Bucchari Alma (2013 : 290), data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan focus penelitian yang diteliti. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka evaluasi programa penyuluhan pertanian dapat digunakan dua cara dalam pengumpulan data yaitu studi dokumentasi dan koesioner.
Studi dokumentasi adalah sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risahlah resmi yang terdapat baik dilokasi penelitian maupun di instansi/lembaga meliputi programa penyuluhan pertanian, laporan kegiatannya dan menelah buku-buku perpustakaan yang relevan dengan obyek evaluasi. Sedangkan koesioner adalah pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh respoden secara tertulis. Jenis koesioner terdiri dari koesioner tertutup yang dimana alternative jawabannya disediakan dan koesioner terbuka tidak menyediakan jawaban. Koesioner sebagaimana yang akan disebar kepada 20 responden.
2. Tabulasi Jenis Data
Angket atau Koesioner dengan menggunakan teknik skala likert dengan tingkat pengukurannya interval dan Persen, sedangkan kategori jawaban terdiri atas 5 jawaban seperti : a) sangat setuju (SS), b) setuju (S), c) ragu-ragu (R), d) tidak setuju (TS), dan e) sangat tidak setuju (STS). Pengertian skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala likert diambil dari nama penciptanya Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Perhitungan jawaban responden yang di tabulasikan menggunakan rumus “Skor T”.

3. Hasil Evaluasi
Evaluasi Pelaksanaan kegiatan  Penyuluhan Pertanian merupakan proses yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan analisis informasi  secara sistematik mengenai  perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efisiensi pencapaian / hasil suatu kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya. 
Evaluasi pelaksanaan atau evaluasi proses (on going evaluation) ini dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Fokus utama evaluasi ini menyangkut proses pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan :
a.        Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
b.        Kemungkinan keberhasilan kegiatan sebagaimana yang direncanakan
c.        Sejauh mana hasil yang diperoleh dapat memberi sumbangan kepada tujuan pembangunan
d.        Tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
e.        Tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai pelengkap kegiatan yang telah direncanakan.
2.6      Analisis Data
Kegiatan analisis data merupakan bagian dari evaluasi yang dapat dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan terkumpulkan. Sebab dari pengolahan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah dan dinalisis, maka bisa memperoleh keterangan atau informasi yang mempunyai makna atas sekumpulan data berupa angka, symbol, atau tanda-tanda yang diperoleh dilapangan. Berdasarkan informasi itu, maka evaluator akan merekomendasikan kepada para pemegang kebijakan pada daerah evaluasi.
Pengolahan data, dapat diolah dengan bantuan statistic dan non satatistik. Analisis data satatistik dengan menggunakan metode kuantitatif adalah statistic deskriptif dan statistic inferensial. Menurut Abdul Farid dkk, (2015 : 22), Statistik deskripstif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dalam pendapat yang sama, statistic inteferensial mencakup metode-metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data akan berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut. Sedangkan analisis data kualitatif atau non statistic adalah tidak semua data yang didapat dilapangan berupa symbol – symbol yang bisa dikuantifikasi dan di hitung secara matematis.
2.7      Pelaporan
Pada prinsipnya, penulisan laporan evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan penelitian pada umumnya, baik dalam sistimatika, pokok-pokok isi laporan yang disampaikan, hanya bahasa serta tata tulis yang digunakan lebih populer, mudah dipahami karena para pembaca laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal tingkat pendidikan dan pengalaman. Format/sistematika  Laporan Evaluasi Penyuluhan dalam prakteknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan lembaga/dilapangan dan maksud/tujuan dari evaluasi itu sendiri (Erwin, 2011 : http://bp23kpkerinci.blogspot.com).









BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1  Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
Lokasi Evaluasi dilaksanakan di desa Kemamang Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur.
2. Waktu
            Waktu pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III di mulai bulan Maret  sampai dengan bulan April 2015.
3.2  Hakekat  Evaluasi
            Pada hakekatnya, evaluasi identik dengan  penelitian. Menurut Wirawan (2012), didalam Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015) menjelaskan bahwa evaluasi adalah salah satu jenis riset. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi harus tunduk  kepada kaidah-kaidah penelitian. Penelitian merupakan upaya untuk mendapatkan nilai kebenaran, tetapi bukan satu-satunya cara untuk mendapatkannya. Sedang penelitian evaluative ialah suatu penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan.
            Evaluasi pelaksanaan ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu evaluasi sumatif dilakukan untuk meneliti pencapai tujuan suatu program, ini biasanya dilakukan pada akhir dari pelaksanaan suatu program.  Dan evaluasi formatif dilakukan untuk meneliti pelaksanaan program yang sedang berjalan, guna mencari umpan balik untuk memperbaiki program itu sendiri jika ada unsure – unsure program yang secara teknis tidak mungkin atau mungkin dapat dilaksanakan.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah petani padi sawah yang melakukan usahatani dengan sistem budidaya dengan menerapkan teknologi anjuran budidaya padi. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik wawancara tertutup (koesioner), dimana sampel diambil secara acak yaitu sebanyak 20 responden (Modul Praktik Kerja Lapangan III, 2015).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dan diperoleh dalam evaluasi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer (responden) diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani dan dengan bantuan kusioner sedangkan data sekunder diperoleh dari informan/instansi terkait serta buku yang mendukung evaluasi ini.
3.5 Metode Analisis Data
Pengukuran hasil evaluasi menggunakan skala likert. Kemudian memperhitungkan nilai skor menjawab angket dengan rumus :
Rumus :
                                               
Keterangan :
     = Skor standart
     = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
     = Mean skor kelompok
      = Deviasi standart skor kelompok
            Dalam menganalisis evaluator membuat kriteria penilaian untuk menentukan nilai dengan kategori : skor T ≥ 50 dan skor T < 50 (Azwar, 2003).
Sumer :


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah
Lima tahun ke depan dan dalam era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi momentum pertaruhan sebagai negara yang kaya akan sumberdaya hayati terutama dibidang pertanian. Oleh sebab itu, kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama (kata Presiden RI Ir. H. Joko Wiodo (2014)). Kata kerja, maka pemerintah melalui pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota mensinergikan dan berpartisipasi aktif untuk turut serta bersama petani dalam mepertahankan dan meningkatkan produksi PAJALE (padi, jagung, kedelei). Meningkatkan hasil produksi, ini dibutuhkan SDM dan teknologi pertanian yang memadai guna mempertahankan dan meningkatkan produksi PAJALE terutama padi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan adalah SDM pertanian yang berkualitas dan handal, diperlukan Penyuluh Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global dalam penyelenggaraan penyuluhan yang produktif, efektif dan efisien.
Upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi tersebut ialah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang disebut jajar legowo. Jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)”.
Cara tanam padi dengan jajar legowo pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, provinsi Jawa timur mepunyai cita-cita yang besar untuk mejadikan Bojonegoro Lumbung Pangan. Program ini memicu semangat SDM pertanian Bojonegoro untuk saling bahu-membahu guna mensukseskan program dimaksud. Kecamatan Balen merupakan salah kecamatan yang berada pada wilayah Kabupaten bojonegoro, provinsi Jawa Timur. Kecamatan memiliki potensi wilayah dan agroekosistem serta komoditas unggulan yang turut memberikan keyakinan untuk turut serta dalam pencapaian program pemerintah Bojonegoro yaitu Lumbung Pangan. Selain melihat kepada potensi wilayah dan agroekosistem, Pemerintah Bojonegoro juga mensingkronisasikan program terutama dibidang pertanian.
Programa Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro yang dimana telah disusun berdasarkan kondisi riil keadaan pertanian yang dijadikan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian tingkat desa. Dalam programa tersebut termuat masalah – masalah pertanian tingkat desa yang berada dalam lingkup kecamatan. Desa –desa  yang berada pada Kecamatan Balen berjumlah 23 desa yang diantara salah satunya yaitu Desa Kemamang.
Desa Kemamang  adalah suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk dan sebagai satu-kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat adat,  hukum dan mempunyai organisasi pemerintahan serta batas-batas wilayah yang jelas dibawah pemerintahan kecamataan. Menurut R. Bintarto, (1977) Pengertian Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Desa Kemamang merupakan desa yang memiliki potensi pertanian yang sudah maju dan memiliki SDM pertanian yang berkemampuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Beberapa teknologi yang digunakan sebagai sarana produksi untuk meningkatkan hasil produksi padi sudah diaplikasikan seperti menanam padi dengan cara tanam tekel dan jajar legowo dan penggunaan an organic : pupuk urea, phonska dan SP-36.
Budaya pertanian cara bercocok tanam sudah ada sejak zaman prasejarah, namun sesuai dengan perubahan zaman dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pertanian pun dengan sendirinya berubah. Perubahan ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan manusia yang kemudian diuji kebenarannya secara ilmiah dan non ilmiah bahwa temuan yang ditemukan apakah mempunyai dampak positif yang secara ekonomis menguntungkan dan secara social tidak merugikan manusia dan lingkungan (ramah lingkungan). Lalu dijadikan sebagai inovasi atau teknologi baru yang perlu dipelajari, ditiru, dan diterapkan atau diaplikasikan.
 Di Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro budaya pertanian merupakan hal yang mendasar sejak nenek moyang mereka walau pun pertanian pada saat itu bersifat tradisonal. Hal ini ditandai dengan cerita sepintas sejarah pertanian budidaya padi oleh masyarakat desa. Menurut warga desa, sebelum adanya teknologi anjuran yang ramah lingkungan (pupuk organic), orang tua mereka sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk kandang untuk menambah unsure hara/makanan bagi tanaman padi. Dalam cerita, pada saat pemupukan, orang tua (sebelum tahun 80 an) mereka memikul atau dalam bahasa adat (jawa) “gotong” pupuk kandang kesawah. Namun pada era pra tahun 80-an tersebut, menanam padi disawah masih amburadul atau sebutan warga desa ialah auran sehingga pada masa itu dapat dikatakan cara bercocok masi tradisional.
Seiring dengan perubahan masa, pertanian di Desa Kemamang cara bercocok tanam, budidaya padi sawah sudah mengikuti irama perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini terlihat jelas ketika petani menggunakan sarana produksi dan alat mesin pertanian untuk meningkatkan hasil produksinya terutama padi seperti pemeilihan benih yang baik, pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan mesin pengolah/bajak tanah, pengaturan jarak tanam (tekel, jajar legowo), penggunaan pupuk an-organik, dan perontokan padi menggunakan mesin.
Pada tahun 80-an petani di desa tersebut cara tanam padi sawah menggunakan system tekel. Namun dengan adanya penemuan teknologi/inovasi dan petani selalu mengakses informasi untuk bagaimana teknologi yang dapat diaplikasikan lebih efektif, efesien dan menguntungkan. Muncul-lah Inovasi menanam padi dengan cara tanam jajar legowo dianggap sebagai inovasi yang lebih efektif dan efesien dan merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
4.2 Pengenalan PTT Padi Sawah Cara Tanam Jajar Legowo
Pada tahun 2002, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memberikan bantuan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kepada petani di Desa Kemamang dan pada saat bersamaan (tahun 2002), petani menanam padi dengan system jajar legowo dengan pengaturan jarak tanam 2:1, 3:1 dan 4:1. Dengan adanya bantuan PTT,   45 % petani pada Desa Kemamang menanam padi dengan cara tanam jajar legowo dan yang lainnya tetap menanam padi dengan system tegel. Namun pada tahun 2005 dari  45 % petani yang menanam padi dengan jajar legowo turun drastis hingga saat evaluasi menjadi 0,86 % yang masih mananam padi dengan cara legowo. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Petani yang menanam padi dengan cara jajar legowo pada Desa Kemamang
Nama
Luas Lahan (M2)
Jumlah
Cara Jajar Legowo (M2)
Cara Jajar Tegel (M2)
Pujiono
7.000
-
7000
Daim
5.000
3.750
8750
Yahman
3.500
2.700
6200
Jumlah
15.500
6.450
21.950
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Responden
Keadaan tabel 1 merupakan gambaran tiga orang petani yang menerapkan system tanam jajar legowo yang ada di Desa Kemamang, dengan kata lain bahwa dari sejumlah luasan lahan 21.950 yang dimiliki 15.500 menerapkan jajar legowo dan 6.450 menanam padi dengan cara tegel. Sehigga dalam hal ini masih dibutuhkan kerja keras Petugas Penyuluh Lapangan Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (PPL WKPP) untuk meningkatkan perilaku (Pengetahuan Keterampilan dan Sikap) petani yang ada di desa tersebut.
4.3 Tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian
            Untuk menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian, maka langkah – langkah yang dilakukan adalah :
1. Menjaring data sekunder
            Data sekunder yang diperoleh pada saat pengambilan data adalah Programa tingkat kecamatan. Dalam Programa Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro parameter dalam aspek penyuluhan pertanian adalah tersusunnya programa penyuluhan pertanian. Hal ini sesuai dengan menjaring data sekunder adalah yang berhubungan dengan program/kegiatan atau obyek yang akan dievaluasi. Selain itu, evaluator menelaah/mempelajari programa penyuluhan pertanian kecamatan sebagai data pendukung diantaranya adalah :
§  Sejarah dari rencana sampai dilaksanakan obyek evaluasi.
§  Tujuan dari kegiatan penyuluhan.
§  Organisasi dan aktivitas pelaksanaan program/kegiatan ( Struktur organisasi dan
§  jadwal ).
§  Sumber daya yang mendukung.
§  Rencana kegiatan penyuluhan.
2. Menjaring Data Primer
            Obyek yang dievaluasi oleh evaluator ialah diperoleh dari pengambilan data sekunder yaitu telaahan Programa Kecamatan Balen yang sudah ditetapkan sebagai bahan (masalah), dan juga evaluator mengidentifikasi para pemangku kepentingan secara individu dan kelompok anggota masyarakat yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan evaluasi (Penyuluh, Pengurus Gapoktan, Poktan, Anggota Poktan, Warga sekitar). Cara ini dilakukan untuk penggalian data primer (empiris) untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya.
Pengumpulan data evaluasi dilakukan melalui desk study (data sekunder), sedangkan data primer melalui Fokus Grup Diskusi (FGD), ajang sana, wawancara kunci dan wawancara (interview) mendalam menggunakan kuesioner terhadap petani/responden.
            Didasarkan pada penjelasan tersebut, sesuai hasil telaahaan Programa Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro bahwa proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian disusun sesuai dengan hasil identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem pada wilayah Kecamatan Balen yang kemudian dijadikan sebagai bahan dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian.
            Perpaduan antara pengambilan, penggalian data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder dan data primer dipelajari untuk menentukan judul evaluasi. Penentuan judul evaluasi menguras tenaga, waktu dan pemikiran. Cara yang tepat untuk menentukan judul adalah menjaring data dan informasi sambil dikusi dengan semua pemangku kepentingan, baik secara induvidu maupun kelompok, tatap muka maupun melaui telpon seluler dan atau email. Adanya bantuan diskusi dengan semua pihak itulah, sehingga evaluator dapat menetapkan judul evaluasi tentang Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo.
4.4 Metode evaluasi
            Pemilihan metode evaluasi yang dipergunakan untuk menjaring data dan informasi dipertimbangkan secara teoritis dan praktis.
a.    Pertimbangan teoritis ini dimaksudkan dengan data yang diperlukan evaluator untuk untuk pencapaian tujuan evaluasi.
b.    Pertimbangan praktis. Hal ini terlihat sangat simple, namun tidak diperhitungkan secara sistematis, maka sangat berpengaruh terhadap obyek yang diteliti. Seperti yang dijelaskan pada tujuan pelaksanaan evaluasi.
            Berdasarkan pengertian tersebut, maka penetapan dan penggunaan metode evaluasi adalah menggunakan metode kuantitatif. Mengapa menggunakan metode kuantitatif, karena ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktik pelaksanaan evaluasi yaitu berkaitan dengan ketersediaan waktu terbatas, tenaga, biaya dan pengambilan data responden.
            Dalam metodologi penelitian dan teknik penyusunan skripsi Abdurrahmat Fathoni, (2005 : 104) menjelaskan bahwa data artinya informasi yang didapat melalui pengukuran – pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menuyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedang fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik, antara lain melalui analisis data.
4.5 Instrument evaluasi
Setelah menetapkan metode evaluasi salah satu persyaratan seorang evaluator harus mampu menyusun intrumen yang diperlukan untuk menjaring data. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam instrument evaluasi adalah rencana menjaring data, menyusun kisi-kisi dan menyusun koesioner. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka evaluator dapat melakukan penataan pengambilan data dalam betuk tabel. Dari tabel perencanaan menjaring data evaluasi yang sudah disiapkan, kemudian dikembangkan menjadi kisi-kisi  untuk menyusun koesioner.
Instrumen evaluasi yang disusun merupakan proses tanya jawab tertulis dalam bentuk pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menjawab. Selain sebutan evaluator, orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang diberikan wawancara disebut interviewe. Interviewe dibedakan mejadi dua macam yaitu responden dan informan. Yang dimaksud dengan responden adalah sumber data primer, data dirinya sendiri sebagai obyek sasaran penelitian dan informan yaitu sumber data sekunder, data dari pihak lain, tentang responden (Abdurrahmat Fathori, 2005).
Pada prinsipnya, jenis-jenis instrument dalam evaluasi hampir sama dengan penelitian dasar dan penelitian terapan. Jenis-jenis instrument yang salah satunya koesioner. Koesioner berupa butir-butir pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden. Jawaban responden merupakan gradasi yang bergerak sangat positif sampai sangat negative.


4.6 Rekapan dan mentabulasi  jenis data hasil evalusi.
Tabulating adalah mentabulasi data yang diperoleh sesuai dengan item pertanyaan. Metode yang digunakan dalam pengolahan sikap adalah skala model likert dimana setiap pertanyaan responden akan diberi skor sesuai dengan skala kategori jawaban yang diberikan.
Angket atau Koesioner evaluasi menggunakan teknik skala likert dengan tingkat pengukurannya/kategori rendah, tinggi dan persen (%). Sedangkan kategori jawaban terdiri atas 5 jawaban seperti : a) sangat setuju (SS), b) setuju (S), c) ragu-ragu (R), d) tidak setuju (TS), dan e) sangat tidak setuju (STS).
Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner untuk evaluasi program/kegiatan. Koesioner yaitu pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh respoden secara tertulis. Jenis koesioner terdiri dari koesioner tertutup yang dimana alternative jawabannya disediakan.
Menurut Sugiyono (2007), dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015 : 18) bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Hasil evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo pada Desa Kemamang, sebagai sampel dilakukan terhadap 20 responden.
4.7 Alisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil evaluasi
Analisis data hasil evaluasi menggunakan analisis Skor T untuk mengetahui tingkat pemahaman petani dengan kategori respon rendah dan tinggi. Analisis data ini dapat diuraikan berdasarkan hasil wawancara tertutup terhadap 20 orang petani sebagai sampel. Yang di maksudkan dengan sampel/populasi sasaran adalah sebagian dari populasi sampling yang parameternya akan diduga melalui penelitian terhadap sampel (Abdulrrahmat Fathoni, 2005). Oleh sebab itu, pengambilan sampel evaluasi merupakan wakil sah dari populasi sampling. Aspek yang diukur ialah Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo. Pemberian skor terhadap rekapan hasil evaluasi untuk setiap pernyataan  responden, disesuaikan dengan nilai skala kategori jawaban yang telah direkap. Pemberian scoring terhadap sampel petani/populasi dilakukan dengan menggunakan “Skor T” dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Data Evaluasi
No
Kategori Respon
T
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1
Rendah
< 50
9
45
2
Tinggi
> 50
11
55
Sumber : Olah Data Primer
4.8 Menetapkan hasil evaluasi
Seperti hal yang telah di bahas sesudahnya bahwa pengenalan padi sawah cara tanam jajar legowo petani Desa Kemamang sudah mengadopsinya. Bahkan pada awal tahun 2002, teknologi tersebut diterapkan oleh petani di Desa Kemamang, tetapi tidak berkelanjutan dan berkahir di tahun 2004. Berawal dari permasalahan ini, maka dilakukan evaluasi sikap petani terhadap penerapan teknologi jajar legowo. Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Pendapat lain, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu (Newcomb seperti dikutip oleh Nursalam, 2003 :131). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada objek tersebut (berkowits, 1972 dikutip oleh Saifuddin Azwar, 2003 :5). Sumber : http://visualiasasi.blogspot.com/2009_11_01_archive.html.
Berdasarkan pejelasan tersebut, sesuai hasil pengolahan data yang ditabulasi, kemudian dihitung menggunakan analisis perhitungan scoring T (skor standar), bahwa dari 20 orang petani/responden sebagai sampel ditemui tingkat respon atau sikap petani/responden terhadap penerapan inovasi menanam padi dengan cara tanam jajar legowo pada desa kemamang  yang dikategori rendah berjumlah  9 orang atau di persenkan 45 % dan untuk kategori respon tinggi berjumlah 11 orang atau 55 % (tabel 2). Ini artinya tingkat respon petani terhadap teknologi jajar legowo sesuai data analisis 55 % (> 50) dikatakan menerima.
Namun kondisi (hasil analisis yang menyatakan 55 % petani menerima) tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan yang dimana terdapat 0,86 % petani mananam padi dengan cara jajar legowo, sedangkan 99,14 % menanam padi dengan cara tegel (tabel 1). Walau pun kondisi riil tidak identik dengan hasil analisis, tetapi hal tersebut sangat berpotensi jika dikembangkan dengan baik melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia dan yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi masalah yang ada atau pun digunakan dalam upaya mencapai tujuan.
Untuk mencapai target sesuai hasil anaslis sikap petani 55 % merespon teknologi jajar legowo dan mengatasi masalah ini, maka perlu dilakukan kaji terap (pengkajian) untuk meyakinkan petani bahwa teknologi jajar legowo lebih efesien, efektif dan menguntungkan. Pengkajian/pengujian teknologi anjuran adalah kegiatan pengembangan penelitian sebelum dilakukan uji coba lapang (kaji terap) dari suatu teknologi hasil penelitian yang dilakukan dilahan percontohan (Permentan 2009). Terkait dengan pengkajian teknologi anjuran, maka teknologi jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Menurut Sekretariat Badan Koordinas Penyuluh, (2012), dalam Hasil Kaji Terap BP Kecamatan Binuang (2013), tanam jejer legowo adalah pengaturan jarak tanam padi dengan pola berselang-seling dengan mengosongkan satu baris. Umumnya yang digunakan adalah model jejer legowo 2:1, 3:1 dan 4:1. Sedang menurut BPTP lampung (2013) menambahkan pada jejer legowo juga dapat diterapkan model 4:1 dan 5:1.
Kelebihan  penerapan tanam model jejer legowo dibandingkan dengan tanam tegel yaitu: 1) rumpun tanaman yang berada dipinggir lebih banyak, 2) terdapat ruang kosong sebagai tempat pengaturan air, 3) pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah, 4) pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disukai tikus, 5) pengunaan pupuk lebih berdaya guna.
Selain dilakukan pengkajian teknologi, alternative lain yang dibutuhkan untuk merngubah sikap petani adalah kegiatan penyuluhan pertanian yang memotivasi petani dengan penuh keyakinan bahwa, teknologi jajar legowo sangat cocok untuk diterapkan. Menurut Slamet, (2003) bahwa, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, di antaranya telah dicanangkannya Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP), yaitu suatu upaya mendudukkan, memerankan dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan.
Sesuai pendapat tersebut, maka dibutuhkan partisipasi aktif petani dan penyuluh merupakan kunci utama keberhasilan penerapan inovasi teknologi jajar legowo melalui pendekatan PTT. Yang dimaksudkan dengan partisipatif adalah petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan (Zulkifli Zaini dkk, 2010). Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.         
Pada prinsipnya, penerapan PTT adalah : Petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan (Partisipatif); Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat (spesifik lokasi); Sumber daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu (terpadu); Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung (sinergis atau serasi); dan Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi social-ekonomi setempat (dinamis).
Berdasarkan hasil analisis data primer, (data empiris) sikap petani dikategori tinggi ini dipengaruhi oleh karakteristik petani yaitu umur, tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan. Hal ini artinya, karakteristik petani belum berperan terhadap kinerja penyuluh atau sebaliknya kinerja penyuluh belum memperhatikan (berdasarkan) karakteristik petani, kecuali pendidikan non formal (Marliati dkk).
Petani Desa Kemamang, hasil wawancara bahwa petani sudah memahami tentang teknologi jajar legowo 2:1, 3:1, 4:1, tetapi tingkat kerumitan menanam padi dengan cara tanam jajar legowo ialah pada saat menanam padi di sawah menggunakan tali sebagai pelurus (jajar) larikan padi agar tetap lurus dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak pada saat menanam padi. Sedangkan hal sangat berpengaruh sikap petani untuk menanam padi dengan cara jajar legowo ialah tingkat keuntungan. Hal ini (keuntungan) sesuai hasil sampel ubinan produksi padi pada Desa Kemamang terhadap luasan lahan 6.200 M2 yang dimana pada luasan lahan jajar legowo 3.500 M2 dan luasan lahan tegel 2.700 M2 dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Analisis produksi Padi Pada Desa Kemamang
Cara Tanam
Luas Lahan (M2)
Jumlah Rumpun
Hasil Ubinan (Ton/Ha)
Jajar Legowo
3.500
130
10,700
Jajar Tegel
2.700
110
11,200
Jumlah
6200
240
12,900
Sumber : Olah Data Primer
Dari hasil pengambilan sampel ubinan bersama Penyuluh Pertanian, BPS Bojonegoro, Mahasiswa STPP Malang dan petani yang ikut menyaksikan pengambilan sampel tersebut, sesuai hasil pada tabel 3 bahwa, hasil ubinan menunjukan tingkat produksi tinggi adalah cara tanam padi dengan menggunakan system tegel dengan hasil 11,200 Ton/Ha. Dari hasil yang telah ter-uraikan dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi sikap petani terhadap penerapan inovasi jajar legowo adalah pendidikan, umur, kepemilikan lahan, tingkat kerumitan dan keuntungan. Sehingga Petani Desa Kemamang tetap menanam padi dengan cara tanam tegel. Menurut Sayogyo (1985), Variabel pandangan petani terhadap sifat-sifat inovasi dengan tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1 menujukkan beberapa sifat memberikan pengaruh nyata yaitu tingkat keuntungan, tingkat kerumitan, dan tingkat kemudahan.
Dilain sisi membicarakan mengenai karakteristik petani yang berdampak terhadap penerapan teknologi jajar legowo pada wilayah Desa Kemamang, maka tidak melupakan sosok seorang penyuluh sebagai mitra kerja/pendamping petani dalam melaksanakan aktivitas pertanian. Berkaitan dengan kapasitas, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah agent of change, communicator, dan motivator (agen perubahan, komunikator, Dan motivator) bagi petani. Maksud dari hal tersebut adalah perlu adanya penambahan tenaga penyuluh pertanian dalam hal pendampingan petani.
Terkait dengan pendampingan ini, sesuai dengan hasil evaluasi pada Desa Kemamang, terdapat tenaga penyuluh pertanian lapangan tingkat desa, 1 orang penyuluh membawahi atau wilayah bimbingannya 4 desa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap memotivasi petani (anggota kelompoktani) dalam menerapkan teknologi jajar legowo. Karena untuk mengetahui karakteristik petani secara dekat (mendalam), dibutuhkan tenaga penyuluhan pertanian. Oleh sebab itu, disarankan untuk disetiap desa satu orang tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sehingga dibutuhkan untuk selalu bersama-sama dengan petani dilapangan. Sebab tenaga pendamping/penyuluh mempunyai peranan yang sangat diharapkan untuk memberikan informasi dan memotivasi petani untuk melakukan usaha-usaha di bidang pertanian.













BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
1.    Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengetahui Respon Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo Pada Desa Kemamang.
2.    Metode evaluasi yang sesuai untuk evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo Pada Desa Kemamang adalah metode kuantitatif, komonikasi lansung : wawancara tertutup (koesioner), wawancara kunci, wawancara tani, wawancara kelompoktani, duiskusi, ajangsana dan komonikasi tidak lansung : telepon/sms dan email.
3.    Instrument evaluasi yaitu berupa koesioner.
4.    Hasil tabulasi data menunjukan total data 862, rata-rata 43,1 dan standar deviasi 4.756159.
5.    Hasil analisis data menggunakan perhitungan skor T, petani dengan kategori respon rendah sebanyak 9 orang dan 11 orang tinggi. Dengan kata lain 45 % petani mempunyai respon rendah dan 55 % mempunyai respon tinggi.
6.    Hasil perhitungan (skor T) tinggkat respon petani terhadap teknologi jajar legowo 55 % (>50) dikatakan menerima (tinggi) dan 45 % (<50) menolak (rendah).
5.2 Saran
1.    Petani
Diharapkan agar petani dapat mengetahui dan memahami inovasi dan teknologi baru dalam meningkatkan produktifitas secara baik dan dapat di kembangkan.
2.    STPP Malang
Dengan adanya program praktek kerja lapangan ini diharapkan terjadi hubungan kerjasama yang baik antara pihak akademik dan pihak setempat dan stakeholder lainnya.
3.    Pejabat setempat
a.     Diharapkan agar dapat membantu memotivasi pelaku utama (petani) untuk selalu mengikuti perubahan budaya pertanian.
b.     Disarankan kepada dinas terkait untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap teknologi menanam padi cara jajar legowo dan menanam padi cara tegel pada Desa Kemamang.
c.    Disarankan kepada dinas terkait untuk memperhatikan penambahan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pada Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro terutama Desa Kemamang.
4.    Penyuluh
a.     Diharapkan Penyuluh Pertanian Lapangan selalu memotivasi petani untuk mengadopsi teknogi pertanian yang efektif, efesien dan menguntungkan sesuai dengan perkembangan zaman.
b.     Disarankan untuk penyuluh selalu ada dan tetap bersama-sama dengan petani untuk melakukan penelitian dibidang pertanian terutama budidaya padi dengan cara jajar legowo dan tegel.
c.    Diharapkan kepada penyuluh pertanian lapangan agar supaya membantu menyusun programa tingkat desa.









DAFTAR PUSTAKA

Abdul Farid dkk, 2015. Modul Praktik Kerja Lapangan III Tahun Akademik 2014/2015, Malang, STPP Malang.
Dandan Hendaya dkk, 2010, Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian BPP. Cijati, Cianjur.
Fathoni Abdurrahmat, 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Sripsi. Rineka Cipta 2011, Jakarta.
Ismulhadi.,Rustandi Y., Warnaen. A.,2013, Modul Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.140/9/2013 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian.
Purba Leonard dkk. Faktor - Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. (Studikasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara). Jl. Prof.A.Sofyan No.3 Medan. HP. 081362154709 E.Mail Poerbaleo@gmail.com.
Riduwan, 2013. Metode dan teknik Menyusun Proposal Penelitian. Penerbit Alfabet, cv. Jl. Gegerkalong Hilir. No. 84 Bandung.
Supriyanto Eka Adi dkk. Pengaruh Sistem Tanam Legowo Dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi. Jln Sriwijaya No: 3 Pekalongan Telp : (0285) 421464, 426800.
Zulkifli Zaini dkk, 2011. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jalan Merdeka 147 Bogor 16111. Telp: 0251-8334089, 8332537; Fax 0251-8312755. E-mail: crifc1@indo.net.id; crifc3@indo.net.id. Website: pangan.litbang.deptan.go.id.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url = http%3A%2F%2F www.pps.unud.ac.id % 2Fthesis%2Fpdf_thesis%2 Funud-149-436938797- bab%2520%2520ii. pdf&ei=sZTtVIzWFczhuQTU-IGoCA&usg= AFQjCNGtEBTMkc 2iOII-AXyVrfLPHU-KzQ&sig2=-EokyYNHus 74T67EjPHPWQ&bvm =bv.86956481,d.c2E
http://m.epetani.deptan.go.id/blog/mengevaluasi-pelaksanaan-penyuluhan-pertanian-erwin-sp-3843
https://fathirphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-likert/
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_penyuluhan_pertanian
http://visualiasasi.blogspot.com/2009_11_01_archive.html




 LAMPIRAN










Lampiran 1. Berita Acara PKL
Pada hari ini Jumat, Tanggal Dua Puluh Empat Bulan April Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan I/II/III :
Nama Mahasiswa
:
1
2
3
4
5
6
7
8

SEPTINUS LABOK
HALENA MOU
YANCE DARAKAY
WAHYU HARYANTO
YOHANES BEDA
MARIA GORETHI HOAR MAU
SUSANA DJONTJE DJEROL
BENRIANUS UMBU PAJAILUNG
Pembimbing Ekstern
:
SRIANI, SP.
NIP. 19640818 198711 2 001
Kepala Desa
:
NUR KHOTIMAH SETYORINI
Oleh pembimbing ekstern dan kepala desa yang namanya tercantum dibawah ini dan dinyatakan mahasiswa yang nama-namanya tersebut diatas melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

Pembimbing Ekstern


SRIANI, SP.
NIP. 19640818 198711 2 001

Kepala Desa


NUR KHOTIMAH SETYORINI
Kemamang, 24 April 2015
Mahasiswa


SPETINUS LABOK
NIRM. 07.1.2.12.1395







Lampiran 2. Berita Acara Evaluasi
Pada hari ini Kamis, Tanggal Enam Belas Bulan April Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Tiga :
Nama Mahasiswa
NIRM
Judul PKL
:
:
:
SEPTINUS LABOK
07.1.2.12.1395
Evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi dengan Cara Jajar Legowo
Pembimbing Ekstern
:
SRIANI, SP.
NIP. 19640818 198711 2 001
Kepala Desa
:
NUR KHOTIMAH SETYORINI
Oleh pembimbing ekstern yang namanya tercantum dibawah ini dan dinyatakan mahasiswa yang bersangkutan melaksanakan Evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi dengan Cara Jajar Legowo.


Pembimbing Ekstern



SRIANI, SP.
NIP. 19640818 198711 2 001

Kemamang, 24 April 2015
Mahasiswa


SPETINUS LABOK
NIRM. 07.1.2.12.1395

Mengetahui,
Kepala Desa



NUR KHOTIMAH SETYORINI









Lampiran 3. Perencanaan Menjaring Data Evaluasi
Tujuan
Evaluasi
Pertanyaan Evaluasi
Data yang diperlukan
Sumber data
Koesioner
1
2
3
4
5
Mengindetifikasi factor yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo















1.    Apakah factor karakteristik mempengaruhi penerapan inovasi  jajar legowo
Jenis karakteristik yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
20 orang petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
Koesioner
2.  Apakah karakteristik induvidu mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
Jenis karakteristik induvidu yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
20 orang petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
Koesioner
3.    Apakah metode penyuluhan mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
Metode penyuluhan yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
20 orang petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
Koesioner
4.    Apakah teknik komonikasi mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
Teknik komonikasi mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
20 orang petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
Koesioner
5.    Apakah jenis inovasi yang telah diterapkan mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
Jenis inovasi yang telah diterapkan mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
20 orang petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo


Lampiran 4. Kisi – Kisi Pengembangan Variabel dan Indicator Koesioner
Variabel
Dimensi
Indikator
Butir Koesioner
Evaluasi sikap petani terhadap penerapan inovasi jajar legowo
Sikap petani terhadap inovasi jajar legowo
Sikap petani terhadap cara tanam legowo
1.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
2.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo, meningkatkan jumlah populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam
3.    Menanam padi dengan cara tanam tegel menigkatkan populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam.
4.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus.
5.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo dapat memanfaatkan sinar matahari secara obtimal

Menanam padi dengan system jajar legowo
Petani mau menanam padi dengan cara jajar legowo
6.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo, produksi padi tinggi/memuaskan.
7.    Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo jumlah pulasi banyak tetapi produksinya rendah/tidak memuaskan.
8.    Menanam padi dengan cara tanam tegel jumlah populasi banyak, produksinya rendah/tidak memuaskan
9.    Sudah pernah menanam padi menggunakan cara tanam  jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).
10. Belum pernah menanam padi dengan cara tanam jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).
11. Ada keinginan/pengen menanam padi dengan cara tanam jajar legowo
12. Sudah menjadi tradisi/terbiasa menanam padi dengan cara tegel






Lampiran 5. Quisioner

I.      Identitas Responden
Nama Responden
:
…………………………
Kelompok Tani
:
………………………….
Jenis Kelamin
:
………………………….
Umur
:
………………………….
Pendidikan Terakhir
:
SD / SMP / SMA / DII / DIII / S1
Desa
:
Kemamang
Kecamatan
:
Balen
Kabupaten
:
Bojonegoro
Luas Lahan Garapan
:
a.   Milik;    b. Sewa;    c. Penggarap

II.    Petunjuk Pengisian
Pilih jawaban dengan memberi tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/ Ibu/ Saudara. Adapun makna tanda tersebut adalah sebagai berikut :
STS     = Sangat Tidak Setuju
TS       = Tidak Setuju
KS       = Kurang Setuju
S          = Setuju
SS       = Sangat Setuju

III.   Daftar Pernyataan
No
Pertanyaan
SS
S
KS
TS
STS
5
4
3
2
1
1
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).





2
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo, meningkatkan jumlah populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam





3
Menanam padi dengan cara tanam tegel menigkatkan populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam





4
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus.





5
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo dapat memanfaatkan sinar matahari secara obtimal





6
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo, produksi padi tinggi/memuaskan.





7
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo jumlah pulasi banyak tetapi produksinya rendah/tidak memuaskan.





8
Menanam padi dengan cara tanam tegel jumlah populasi banyak, produksinya rendah/tidak memuaskan.





9
Sudah pernah menanam padi menggunakan cara tanam  jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).





10
Belum pernah menanam padi dengan cara tanam jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).





11
Ada keinginan/pengen menanam padi dengan cara tanam jajar legowo





12
Sudah menjadi tradisi/terbiasa menanam padi dengan cara tegel






……………………, ……………… 2015
Responden

……………………………………











Lampiran 5. Rakap Hasil Evaluasi
Nama Responden
Jawaban Pernyataan
Jml
T
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kasno
4
4
4
2
4
4
2
4
4
3
3
4
42
47.687
Yadiman
4
4
4
2
4
4
2
4
-
-
3
4
35
32.969
Damirah
4
4
4
2
4
4
4
4
-
-
3
4
37
37.175
Kasri
4
4
4
3
4
4
2
3
3
4
4
3
42
47.687
Suwaji
4
4
4
2
4
4
2
4
-
-
3
4
35
32.969
Yatini
4
4
4
2
4
4
2
4
-
-
3
4
35
32.969
Daim
5
5
3
5
5
4
2
2
3
3
4
4
45
53.995
Rendi Arbiyanto
4
5
3
3
5
5
2
3
3
4
4
2
43
49.790
Dedi
4
4
4
2
4
4
2
4
3
4
4
2
41
45.585
Rianto
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
46
56.097
Sutopo
4
5
5
5
5
5
2
2
5
5
5
2
50
64.508
A'an Musta'in
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
46
56.097
Sukadi
4
4
4
5
5
5
2
4
4
4
4
4
49
62.405
Yahman
4
4
3
5
5
4
2
5
4
3
4
2
45
53.995
Mustakim
5
4
3
2
5
5
2
4
5
2
3
4
44
51.892
Radi
5
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
3
46
56.097
Sapran
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
1
2
50
64.508
Lamin
5
4
5
4
5
5
2
2
4
4
4
3
47
58.200
Yaeran
4
5
3
4
5
4
2
4
4
2
4
3
44
51.892
Jasmin
4
4
4
5
5
4

4
4
2
4

40
43.482
Total
862
1771.767
Rata Rata
43.1
50.000
Standar Deviasi
4.756159
-30.619




 Lampiran 6
BUKTI FISIK KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA LOKASI DI DESA KEMAMANG, KECAMATAN BALEN, KABUPATEN BOJONEGORO, PRONVINSI JAWA TIMUR, 2015

 Pengamatan Hama dan Penyakit




 Pengamatan hama dan penyakit pada lahan petani bersama THL POPT.  Jenis hama yang menyebabkan batang dan bulir padi mengering seperti pada gambar di atas. Sedang penyakit mengakibatkan bercak kuning pada daun. Penyakit seperti jamur itu, disebut Pillycularia atau dengan sebutan lain potong leher. Penyakit ini mengakibatkan bulir padi jadi hampa/kosong. 


Jenis Hama
 

Jenis – jenis hama yang di temui di sawah sesuai hasil pengamatan bersama THL-POPT. Jenis – jenis hama pada gambar itu ialah hama keong mas, wereng, walang sangit dan capung. Hama – hama ini sering menyerang padi secara ekonomis merugikan petani.
Hama adalah sebab akibatnya dapat dilihat dengan mata. Sedangakan penyakit adalah penyebanya tidak dapat dilihat dengan mata dan mengakibatkan tanaman jadi layu dan kering (Sumber : Hasil wawacara bersama THL-POPT).
 
Telur Hama Keong Mas

 


 Menggambarkan telur keong mas yang tertempel pada batang padi dan berada disekitaran padi yang terletak pada tanah. Menurut keterangan petani bahwa hama keong mas terlihat di sawah dalam jumlah sedikit, maka cepat dilakukan pengendelalian secara manual sehingga pengedaliannya dapat diatasi dan mudah. Hal ini dilakukan untuk mencegah keong mas sehingga tidak tercapai jumlah yang banyak. Sebab jika terdapat jumlah yang banyak disawah, maka sulit untuk dilakukan pengendalian dan hama tersebut akan menyerang taman padi secara ekonomis merugikan petani.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar