LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) III
Dinyatakan
telah memenuhi syarat dan disetujui
oleh
Pembimbing
I
|
|
Pembimbing
II
|
Ir. Mochamad Fadil, MS
NIP. 19540715 1979031 003
|
|
Ainu Rahmi, SP, MP
NIP. 19731019 200212 2 001
|
Mengetahui
Ketua
Jurusan/Prodi, Punyuluhan Pertanian
Tatang Suryadi, SP, MP
NIP.19690721 199303 1 001
Malang,
Pebruari 2015
PRAKATA
Patut dan disyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan proposal Praktik Kerja
Lapangan (PKL) III Penyuluhan Pertanian ini dapat dilesaikan dengan baik.
Porposal ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang dan dilaksanakan oleh mahasiswa untuk
belajar dengan lingkungan dengan proses pembelajaran Out Campus (di lapangan).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) dan untuk menghasilkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang
tangguh, khususnya dibidang pertanian.
Dalam penulisan ini pula, penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Ir
Mochamad Fadil, MS selaku pembimbing I
2.
Ainu
Rahmi, SP, MP selaku pembimbing II
3.
Sriani,
Sp selaku pembimbing ekstern
4.
Dr.Tatang Suryadi,SP. MP, selaku Ketua
Jurusan Penyuluhan Pertanian.
5.
Dr. Ir. Siti Munifah. Msi, selaku Ketua
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang.
6.
Nur
Khotimah Setyorini selaku Kepala Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
Dan semua pihak, baik
secara lansung maupun tidak lansung yang telah membantu penulis dalam
penyusunan proposal ini.
Malang, April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
JUDUL HALAMAN
LEMBAR
PENGESAHAN........................................................................................
i
PRAKATA..................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Masalah
.............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat
............................................................................................................... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6
2.1 Evaluasi
Programa Penyuluhan Pertanian ........................................................ 7
2.2 Tujuan
Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ........................................ 8
2.3 Metode Evaluasi ................................................................................................. 8
2.4 Intrumen Evaluasi................................................................................................
9
2.5 Merekap,
Mentabulasi Jenis Data dan Hasil Evaluasi ....................................... 9
2.6
Analisis Data ....................................................................................................... 11
2.7 Pelaporan ............................................................................................................ 12
BAB
III METODOLOGI ............................................................................................ 13
3.1
Lokasi dan Waktu ............................................................................................... 13
3.2
Hakekat Evaluasi ................................................................................................ 13
3.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................................ 13
3.4 Metode Pengambilan Data ................................................................................. 14
3.5 Metode Analisis Data .......................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 15
4.1 Keadaan Umum Wilayah ................................................................................... 15
4.2 Pengenalan
PTT Padi Sawah Cara Tanam Jajar Legowo ................................ 18
4.3 Tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian .......................................... 19
4.3.1 Menjaring data sekunder ........................................................................... 19
4.3.2 Menjaring Data Primer .............................................................................. 19
4.4 Metode Evaluasi ................................................................................................. 20
4.5 Instrumen Evaluasi ............................................................................................. 21
4.6 Rekapan
dan mentabulasi jenis data hasil evalusi
............................................ 22
4.7 Analisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil
evaluasi .......................... 22
4.8 Menetapkan Hasil Evaluasi ................................................................................ 23
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan dan Saran ....................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................. 30
DAFTAR LAMPIRAN
JUDUL
HALAMAN
Lampiran 1.
Berita Acara PKL .................................................................................. 32
Lampiran 2 Berita Acara Evaluasi ............................................................................ 33
Lampiran 3
Perencanaan Menjaring Data Evaluasi ................................................. 34
Lampiran 4 Kisi
Pengembangan Variabel & Pengembangan Koesioner ................. 35
Lampiran
5 Quisioner ............................................................................................... 36
Lampiran 6 Rekap Hasil
Evaluasi ............................................................................ 37
Lampiran
7 Programa Penyuluhan Pertanian BPP Balen ....................................... 38
Lampiran
7 Bukti Fisik Kegiatan PKL ....................................................................... 38
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
sejak dulu termasuk negara yang diperhitungkan dan menjadi incaran Negara lain
karena memiliki potensi produksi pertanian yang juga cukup besar. Potensi ini
perlu diperhatikan dan dilestarikan sehingga tetap menjadi negara pertanian
yang juga diperhitungkan. Meskipun memiliki banyak masalah lingkungan akibat
pertanian tak ramah lingkungan, kini Indonesia sedang bergerak menuju praktik
pertanian yang lebih ramah lingkungan meskipun dalam skala kecil.
Menariknya,
sektor swasta memainkan peranan penting untuk mengenalkan sarana produksi (pupuk
an organic) yang tidak ramah lingkungan dan kini selalu berkelanjutan kepada
petani. Contoh pada produksi padi, makanan pokok orang Indonesia. Saat ini tanah
menjadi keras, tanah masam dllnya akibat penggunaan pupuk an-organik yang
berlebihan, namun belum muncul kesadaran dikalangan petani tentang perlunya
keseimbangan lingkungan, pangan sehat dan aman dikonsumsi. Kondisi ini mebuat
pemerintah selalu dan selalu berdampak pada munculnya peluang-peluang baru
untuk mengubah praktik pertanian an-organik ke arah pertanian organic
(pertanian ramah lingkungan).
Berkaitan dengan hal tersebut untuk mendukung dan meningkatkan
kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementerian
Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1)
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan
diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan
(4) peningkatan kesejahteraan petani.
Untuk mewujudkan 4 (empat) sukses pembanguan pertanian tersebut, diperlukan
sumber daya manusia yang berkualitas, handal serta berkemampuan manajerial,
kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga pelaku utama pembangunan pertanian
mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi
dan mampu menerapkan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan.
Membangun sumber daya manusia (SDM) pertanian yang berkualitas dan
handal, diperlukan Penyuluh Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan
berwawasan global dalam penyelenggaraan penyuluhan yang produktif, efektif dan
efisien. Penyuluh Pertanian diarahkan untuk melaksanakan tugas pendampingan dan
konsultasi bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usaha
agribisnisnya, sehingga adopsi teknologi tepat guna dapat berjalan dengan baik
dan pada gilirannya meningkatkan pemberdayaan pelaku utama, produksi,
produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani beserta keluarganya.
Sebagai bagian integral/terpadu (mengenai keseluruhan) dalam membina
profesionalisme pelaku utama pertanian secara berkelanjutan maka diperlukan
evaluasi. Melalui evaluasi ini diharapkan dapat diketahui masalah-masalah dan
potensi yang ada sebagai bahan analisa untuk perbaikan kedepan. Agar evaluasi dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai prinsip objektifitas, terukur, akuntabel,
partisipatif, dan transparan, maka perlu disusun Pedoman Evaluasi.
Dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III Tahun Akademik 2014/2015,
evaluasi penyuluhan pertanian (2015), evaluasi kegiatan penyuluhan difokuskan
pada 7 elemen kompetensi yaitu : bagaimana
menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian, bagaimana memilih
metode evaluasi yang sesuai, seperti apa mempersiapkan instrument evaluasi,
bagaimana merekap dan mentabulasi jenis
data hasil evalusi, menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil
evaluasi, menetapkan hasil evaluasi dan menyusun laporan hasil evaluasi sesuai
dengan sistematika penulisan laporan ilmiah.
Evaluasi
Programa Penyuluhan Pertanian pada Kabupaten Bojonegoro sesuai tingkatan (desa,
kecamatan dan kabupaten) adalah suatu penilaian dan pengukuran terhadap
serangkaian rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang memuat keadaan, masalah,
tujuan, cara mencapai tujuan, strategi dan kebijakan serta prioritas Program
Pembangunan Pertanian yang direncanakan, sementara dilaksanakan dan telah
dilaksanakan selama tahun 2014 dan atau tahun 2015. Menurut Dandan Hendaya dkk (2010), evaluasi
disusun secara partisipatif, pokok‐pokok
permasalahan, potensi, peluang dan tantangan yang harus dievaluasi pada saat
ini dan diperbarui untuk masa yang akan datang.
Programa
Penyuluhan. Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian yang dievaluasikan yaitu
programa tahun 2014 dan atau 2015 di Lokasi PKL III, Kabupaten Bojonegoro,
Provinsi Jawa Timur. Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah merupakan suatu
kegiatan yang harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan
penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian yang lebih efektif, efisien
dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dalam
upaya pencapaian program pemerintah dibidang pertanian swasebada pangan padi,
jagung dan kedelei yang saat ini trend, untuk menekan inpor pangan dari Negara
lain, maka dibutuhkan kegiatan penyuluhan pertanian dengan memberikan informasi,
motivasi dan keyakinan kepada petani untuk mengadopsi inovasi pertanian yang
efektif, efesien dan menguntungkan petani. Sebab kita berbicara tentang program
pemerintah, namun tidak melihat terhadap karakteristik petani dengan
ketersedian infrastruktur (sarana dan prsarana) pertanian, maka apa yang
menjadi tujuan kita akan sia-sia. Mengapa demikian ? Karena petani adalah dasar
pertanian.
1.2
Masalah
Dari latar belakang tersebut,
pemerintah melalui pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota berpartisipasi
aktif untuk turut serta bersama petani dalam mepertahankan dan meningkatkan produksi
PAJALE (padi, jagung, kedelei). Untuk mepertahankan dan meningkatkan hal
tersebut, maka dibutuhkan teknologi pertanian yang meningkatkan hasil produksi
(padi, jagung, kedelei) pertanian untuk mempertahankan dan meningkatkan
produksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu
bentuk dari penggunaan teknologi (inovasi) untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian yang salah satunya adalah padi dengan cara mengatur jarak tanam disebut
dengan cara tanam padi sistem jajar legowo. Pada prinsipnya
cara tanam jajar legowo untuk mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan
memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dan juga merupakan salah
satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
Berdasarkan hasil pengamatan, di Desa Kemamang, Kecamatan
Balen, Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2002 terdapat petani yang manam padi
dengan cara jajar legowo (-namun pada tahun 2015 turun drastic dan tidak
berkelanjutan. Kondisi ini sesuai dengan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Balen, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur dalam RKTP (rencana kerja
tahunan penyuluh), pada wilayah bimbingan penyuluh Sriani, SP, (2014), terdapat 90 % petani belum menanam padi dengan
cara larikan/jajar legowo termasuk petani di Desa Kemamang. Hal ini membuat evaluator
merasa ada hal yang mempengaruhi petani terhadap penerapan inovasi jajar
legowo, sehingga petani tetap mengandalkan menanam padi dengan system tegel.
Kondisi ini memotivasi evaluator untuk mengevaluasi tentang Sikap
Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo.
1.3 Tujuan
Evaluasi
kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada Kabupaten Bojonegoro
dengan tujuan difokuskan pada 7 elemen kompetensi yaitu :
1.
Untuk
menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian
2.
Untuk
memilih metode evaluasi yang sesuai
3.
Untuk
mempersiapkan instrument evaluasi
4.
Untuk
merekap dan mentabulasi jenis data hasil
evalusi
5.
Untuk
menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan hasil evaluasi
6.
Untuk
menetapkan hasil evaluasi
7.
Menyusun
laporan hasil evaluasi sesuai dengan sistematika penulisan laporan ilmiah
1.4 Manfaat
1.
Manfaat bagi mahasiswa adalah :
a. Mahasiswa dapat berlatih melakukan tugas kerja evaluasi programa
penyuluhan pertanian
b.
Mahasiswa dapat melakukan
kerja sama dengan instansi pemerintah/swasta,
pengusaha, petani dan stakeholder lain dalam memfasilitasi evaluasi
penyluhan pertanian
c. Mahasiswa dapat
berlatih bermasyarakat dengan kondisi sosial-budaya di tempat PKL.
2. Manfaat bagi orang lain
a.
Mengenal Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian sebagai penyelenggara pendidikan program Diploma IV
penyuluhan pertanian.
b. Membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan instansi terkait,dan
petani dalam proses perencanaan pembangunan pertanian.
c.
Menciptakan kegiatan
kerjasama yang baik dibidang penelitian, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)
maupun pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(PPK) yang saling menguntungkan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Evaluasi
Programa Penyuluhan Pertanian
Evaluasi adalah penilaian secara sistemik
untuk menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan
pada kriteria tertentu dari programa. Evaluasi harus memiliki tujuan yang
jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam program. Ada tiga elemen
penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria/pembanding yaitu merupakan ciri ideal
dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan operasional,
(2) bukti /kejadian adalah kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil
penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk dengan
membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009).
Evaluasi Programa merupakan suatu kegiatan yang penting,
namun kerap dikesampingkan dan konotasinya negatif, karena dianggap mencari
kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian.
Tetapi seperti hal yang telah dicantumkan pada pendahuluan bahwa, metode
evaluasi apabila dilihat dari segi manfaatnya adalah sebagai upaya memperbaiki
dan penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif,
efisien, terukur dan dapat mengetahui ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki
perencanaan kegiatan/program penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu programa penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses
pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk
perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi
tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian. Sedangkan
evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/programa sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Evaluasi Kinerja Penyuluh
Pertanian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan
untuk mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan parameter kinerja Penyuluh
Pertanian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Permentan, 2013).
2.2 Tujuan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan
Pertanian
Evaluasi yang efektif dapat dinilai dari beberapa kriteria yaitu memiliki
tujuan evaluasi yang didefinisikan dengan jelas, pengukuran dilakukan dengan
saksama menggunakan alat ukur yang valid dan evaluasi dilakukan seobyektif
mungkin yaitu bebas dari penilaian yang bersifat pribadi;
Sesuai telahaan referensi di internet, didalam wikipedia
bahasa Indonesia, disebutkan bahwa tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah
:
a.
Untuk
menentukan sejauh mana kegiatan penyuluhan pertanian dapat dicapai yang
ditandai dengan perubahan perilaku petani yang menjadi sasaran didik dari
kegiatan penyuluhan pertanian.
b.
Didapat
keterangan-keterangan dari lapangan
yang dapat digunakan untuk penyesuaian program penyuluhan pertanian yang sedang
berjalan.
c.
Untuk
mengukur keefektifan dari metode dan alat bantu yang digunakan dalam
melaksanakan penyuluhan pertanian.
d.
Untuk
mendapatkan data laporan tentang hal-hal yang terjadi dilapangan.
e.
Untuk
memperoleh landasan bagi program penyuluhan pertanian.
f.
Memberikan
kepuasan bagi psikologis orang-orang yang terlibat di dalam program penyuluhan
pertanian.
Selain
itu, beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi diantaranya ialah :
1.
Tujuan Kegiatan (activity objective)
a.
Mengumpulkan data yang penting untuk
perencanaan programa (keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya,
masalah, kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
b.
Mengetahui sasaran/tujuanprograma/kegiatan
yang telah tercapai.
c.
Mengetahui perubahan-perubahan yang telah
terjadi sebagai akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan
d. Mengetahui
strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan programa.
e.
Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam perencanaan dan
pelaksanaan programa.
f. Mengetahui
kemajuan pelaksanaan kegiatan.
2.
Tujuan Managerial (managerial
objective)
a.
Memberikan data / informasi sebagai dasar
pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
b.
Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan
program
c.
Berkomunikasi dengan masyarakat dan
penyandang dana/stake holder.
d. Menimbulkan
rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
3.
Tujuan Programa (Programa
objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari programa
selain untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa
perlu dilakukan evaluasi programa penyuluhan pertanian adalah kemungkinan :
a.
Telah terjadi perubahan struktur dan programa
dari lembaga-lembaga terkait
b. Telah
terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.
2.3 Metode
Evaluasi
Secara
umum metode yang digunakan dalam evaluasi yaitu metode kuantitatif, metode
kualitatif, dan metode campuran. Penggunaan metode evaluasi tersebut disesuaikan
dengan jenis data yang hendak dijaring, sumber informasi dan waktu yang
diperlukan dalam melaksanakan evaluasi.
Metode
yang digunakan dalam evaluasi adalah gabungan (metode campuran)
antara metode kualitatif dan kuantitatif. Alasan penggunaan metode campuran adalah
untuk menjelaskan aspek output / produk dan sikap. Dampak
evaluasi ditentukan dengan pengambilan data dengan membandingkan data awal dan
akhir pada 20 responden (anggota kelompoktani). Sehubungan dengan itu,
aspek instrumen evaluasi untuk produk keluaran dan sikap dirancang
dengan skala liekrt. Jawaban responen (skor) ditabulasikan
dan dikategorikan, sehingga menghasilkan kategori
sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk. Penggunaan skala likert adalah untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang atau sekelompok orang, tentang inovasi pertanian yang nantinya
direkomendasikan. Menurut Sugiyono (2007), skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena social. Hal ini akan di evaluasi
dijabarkan menjadi unsur-unsur, komponen-komponen yang dapat diukur dan
dijadikan titik tolak untuk menyusun instrumen.
2.4 Intrumen
Evaluasi
Instrumen
berupa butir-butir pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden.
Jawaban responden merupakan gradasi yang bergerak sangat positif sampai sangat
negatif dapat berupa kata-kata seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju, sangat tidak setuju.
Misalnya : Evaluasi terhadap 20 responden dengan hasil jawaban :
5
orang jawaban : SS
(sangat setuju)
10
orang jawaban : S
(setuju)
4
orang jawaban : RR
(ragu-ragu)
4
jawaban :
TS (sangat tidak setuju)
1 orang jawaban : STS (sangat tidak setuju)
Cara
menghitung pernyataan responden tersebut menggunakan skala likert. Menurut
Sugiyono (2007), dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015 : 18) bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social.
2.5 Merekap, Mentabulasi Jenis Data dan
Hasil Evaluasi
1.
Merekap Hasil Evaluasi
Setelah
dilakukan pengalian data dan informasi evaluasi pelaksanaan program/programa
kegiatan penyuluhan pertanian, data dan informasi tersebut dikumpulkan dan
diolah sesuai dengan pengambilan data dan informasi pada lokasi evaluasi.
Mengolah data dan informasi terbut, maka akan dilakukan rekapan hasil evaluasi
sesuai dengan pengambilan data dilapangan dan relefansi informasi teoritis yang
berkaitan dengan evaluasi program/programa/kegiatan yang dilaksanakan.
Nasir
(2003 : 328), dalam Bucchari Alma (2013 : 290) berpendapat bahwa teknik
pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan
suatu penilitian. Bucchari Alma (2013 : 290), data yang akan dikumpulkan dapat
berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang
berhubungan dengan focus penelitian yang diteliti. Berdasarkan pada pengertian
tersebut, maka evaluasi programa penyuluhan pertanian dapat digunakan dua cara
dalam pengumpulan data yaitu studi dokumentasi dan koesioner.
Studi
dokumentasi adalah sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan
mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risahlah resmi yang
terdapat baik dilokasi penelitian maupun di instansi/lembaga meliputi programa
penyuluhan pertanian, laporan kegiatannya dan menelah buku-buku perpustakaan
yang relevan dengan obyek evaluasi. Sedangkan koesioner adalah pertanyaan
tertulis yang harus dijawab oleh respoden secara tertulis. Jenis koesioner
terdiri dari koesioner tertutup yang dimana alternative jawabannya disediakan
dan koesioner terbuka tidak menyediakan jawaban. Koesioner sebagaimana yang
akan disebar kepada 20 responden.
2. Tabulasi Jenis Data
Angket
atau
Koesioner dengan menggunakan teknik skala likert dengan tingkat
pengukurannya interval dan Persen, sedangkan kategori jawaban terdiri atas 5
jawaban seperti : a) sangat setuju (SS), b) setuju (S), c) ragu-ragu (R), d)
tidak setuju (TS), dan e) sangat tidak setuju (STS). Pengertian skala
likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa
survei. Skala likert diambil dari nama penciptanya Rensis Likert, yang
menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi
pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka
terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia
(sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).
Perhitungan jawaban responden yang di tabulasikan menggunakan rumus “Skor T”.
3. Hasil Evaluasi
Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Pertanian merupakan proses yang
sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator melalui
pengumpulan dan analisis informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian.
Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efisiensi pencapaian /
hasil suatu kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan
selanjutnya.
Evaluasi pelaksanaan atau evaluasi proses (on going evaluation) ini
dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Fokus utama evaluasi ini
menyangkut proses pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan :
a.
Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
b.
Kemungkinan keberhasilan kegiatan sebagaimana
yang direncanakan
c.
Sejauh mana hasil yang diperoleh dapat
memberi sumbangan kepada tujuan pembangunan
d.
Tindakan korektif yang diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
e.
Tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai
pelengkap kegiatan yang telah direncanakan.
2.6 Analisis
Data
Kegiatan analisis data merupakan
bagian dari evaluasi yang dapat dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan
terkumpulkan. Sebab dari pengolahan data yang diperoleh di lapangan kemudian
diolah dan dinalisis, maka bisa memperoleh keterangan atau informasi yang
mempunyai makna atas sekumpulan data berupa angka, symbol, atau tanda-tanda
yang diperoleh dilapangan. Berdasarkan informasi itu, maka evaluator akan
merekomendasikan kepada para pemegang kebijakan pada daerah evaluasi.
Pengolahan data, dapat diolah dengan
bantuan statistic dan non satatistik. Analisis data satatistik dengan
menggunakan metode kuantitatif adalah statistic deskriptif dan statistic
inferensial. Menurut Abdul Farid dkk, (2015 : 22), Statistik deskripstif adalah
statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dalam pendapat yang
sama, statistic inteferensial mencakup metode-metode yang berhubungan dengan
analisis sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan
atas data akan berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut.
Sedangkan analisis data kualitatif atau non statistic adalah tidak semua data
yang didapat dilapangan berupa symbol – symbol yang bisa dikuantifikasi dan di
hitung secara matematis.
2.7 Pelaporan
Pada prinsipnya, penulisan laporan
evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan penelitian pada umumnya, baik
dalam sistimatika, pokok-pokok isi laporan yang disampaikan, hanya bahasa serta
tata tulis yang digunakan lebih populer, mudah dipahami karena para pembaca
laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal tingkat pendidikan dan pengalaman. Format/sistematika Laporan
Evaluasi Penyuluhan dalam prakteknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan
lembaga/dilapangan dan maksud/tujuan dari evaluasi itu sendiri (Erwin, 2011
: http://bp23kpkerinci.blogspot.com).
BAB III
METODE
PELAKSANAAN
3.1 Lokasi
dan Waktu
1. Lokasi
Lokasi Evaluasi dilaksanakan di desa Kemamang Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur.
2. Waktu
Waktu
pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III di mulai bulan Maret sampai dengan bulan April 2015.
3.2
Hakekat Evaluasi
Pada
hakekatnya, evaluasi identik dengan penelitian. Menurut Wirawan (2012), didalam
Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015) menjelaskan bahwa evaluasi adalah salah
satu jenis riset. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi harus
tunduk kepada kaidah-kaidah penelitian.
Penelitian merupakan upaya untuk mendapatkan nilai kebenaran, tetapi bukan
satu-satunya cara untuk mendapatkannya. Sedang penelitian evaluative ialah
suatu penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan.
Evaluasi
pelaksanaan ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu evaluasi sumatif
dilakukan untuk meneliti pencapai tujuan suatu program, ini biasanya dilakukan
pada akhir dari pelaksanaan suatu program.
Dan evaluasi formatif dilakukan untuk meneliti pelaksanaan program yang
sedang berjalan, guna mencari umpan balik untuk memperbaiki program itu sendiri
jika ada unsure – unsure program yang secara teknis tidak mungkin atau mungkin dapat
dilaksanakan.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah petani padi sawah yang melakukan
usahatani dengan sistem budidaya dengan menerapkan teknologi anjuran budidaya
padi. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik wawancara tertutup
(koesioner), dimana sampel diambil secara acak yaitu sebanyak 20 responden
(Modul Praktik Kerja Lapangan III, 2015).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dan diperoleh dalam evaluasi ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer (responden) diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada petani dan dengan bantuan kusioner sedangkan data sekunder
diperoleh dari informan/instansi terkait serta buku yang mendukung evaluasi
ini.
3.5 Metode Analisis Data
Pengukuran
hasil evaluasi menggunakan skala likert. Kemudian memperhitungkan nilai skor menjawab angket dengan rumus :
Rumus :
Keterangan
:
= Skor standart
= Skor responden pada skala sikap yang hendak
diubah menjadi skor T
= Mean skor
kelompok
=
Deviasi standart skor kelompok
Dalam menganalisis evaluator membuat kriteria penilaian
untuk menentukan nilai dengan kategori : skor T ≥ 50 dan skor T < 50
(Azwar, 2003).
Sumer :
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Wilayah
Lima tahun ke depan dan dalam era
perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi momentum pertaruhan sebagai
negara yang kaya akan sumberdaya hayati terutama dibidang pertanian. Oleh sebab
itu, kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama (kata Presiden RI Ir. H. Joko
Wiodo (2014)). Kata kerja, maka pemerintah
melalui pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota mensinergikan dan berpartisipasi
aktif untuk turut serta bersama petani dalam mepertahankan dan meningkatkan
produksi PAJALE (padi, jagung, kedelei). Meningkatkan hasil produksi, ini
dibutuhkan SDM dan teknologi pertanian yang memadai guna mempertahankan dan
meningkatkan produksi PAJALE terutama padi. Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan adalah SDM pertanian yang berkualitas dan handal,
diperlukan Penyuluh Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan
berwawasan global dalam penyelenggaraan penyuluhan yang produktif, efektif dan
efisien.
Upaya pencapaian target program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen
Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian mengeluarkan rekomendasi
untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi tersebut ialah
penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang
disebut jajar legowo. Jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah
tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)”.
Cara tanam padi dengan jajar legowo
pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar
Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak
lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga
menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam
rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi.
Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro, provinsi Jawa timur mepunyai cita-cita yang besar untuk
mejadikan Bojonegoro Lumbung Pangan. Program ini memicu semangat SDM pertanian
Bojonegoro untuk saling bahu-membahu guna mensukseskan program dimaksud.
Kecamatan Balen merupakan salah kecamatan yang berada pada wilayah Kabupaten
bojonegoro, provinsi Jawa Timur. Kecamatan memiliki potensi wilayah dan
agroekosistem serta komoditas unggulan yang turut memberikan keyakinan untuk
turut serta dalam pencapaian program pemerintah Bojonegoro yaitu Lumbung Pangan.
Selain melihat kepada potensi wilayah dan agroekosistem, Pemerintah Bojonegoro
juga mensingkronisasikan program terutama dibidang pertanian.
Programa
Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro yang dimana telah disusun berdasarkan
kondisi riil keadaan pertanian yang dijadikan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan
penyuluhan pertanian tingkat desa. Dalam programa tersebut termuat masalah –
masalah pertanian tingkat desa yang berada dalam lingkup kecamatan. Desa
–desa yang berada pada Kecamatan Balen
berjumlah 23 desa yang diantara salah satunya yaitu Desa Kemamang.
Desa
Kemamang adalah suatu wilayah yang
ditempati sejumlah penduduk dan sebagai satu-kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat adat, hukum
dan mempunyai organisasi pemerintahan serta batas-batas wilayah yang jelas
dibawah pemerintahan kecamataan. Menurut
R. Bintarto, (1977) Pengertian Desa
adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Desa
Kemamang merupakan desa yang memiliki potensi pertanian yang sudah maju dan
memiliki SDM pertanian yang berkemampuan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Beberapa teknologi yang digunakan sebagai sarana produksi
untuk meningkatkan hasil produksi padi sudah diaplikasikan seperti menanam padi
dengan cara tanam tekel dan jajar legowo dan penggunaan an organic : pupuk
urea, phonska dan SP-36.
Budaya pertanian cara bercocok tanam
sudah ada sejak zaman prasejarah, namun sesuai dengan perubahan zaman dengan
adanya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pertanian pun dengan sendirinya
berubah. Perubahan ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan manusia yang
kemudian diuji kebenarannya secara ilmiah dan non ilmiah bahwa temuan yang
ditemukan apakah mempunyai dampak positif yang secara ekonomis menguntungkan
dan secara social tidak merugikan manusia dan lingkungan (ramah lingkungan).
Lalu dijadikan sebagai inovasi atau teknologi baru yang perlu dipelajari,
ditiru, dan diterapkan atau diaplikasikan.
Di Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten
Bojonegoro budaya pertanian merupakan hal yang mendasar sejak nenek moyang
mereka walau pun pertanian pada saat itu bersifat tradisonal. Hal ini ditandai
dengan cerita sepintas sejarah pertanian budidaya padi oleh masyarakat desa.
Menurut warga desa, sebelum adanya teknologi anjuran yang ramah lingkungan
(pupuk organic), orang tua mereka sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
seperti penggunaan pupuk kandang untuk menambah unsure hara/makanan bagi
tanaman padi. Dalam cerita, pada saat pemupukan, orang tua (sebelum tahun 80
an) mereka memikul atau dalam bahasa adat (jawa) “gotong” pupuk kandang kesawah. Namun pada era pra tahun 80-an
tersebut, menanam padi disawah masih amburadul atau sebutan warga desa ialah auran sehingga pada masa itu dapat
dikatakan cara bercocok masi tradisional.
Seiring
dengan perubahan masa, pertanian di Desa
Kemamang cara bercocok tanam, budidaya padi sawah sudah mengikuti irama
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini terlihat jelas
ketika petani menggunakan sarana produksi dan alat mesin pertanian untuk
meningkatkan hasil produksinya terutama padi seperti pemeilihan benih yang
baik, pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan mesin pengolah/bajak tanah,
pengaturan jarak tanam (tekel, jajar legowo), penggunaan pupuk an-organik, dan
perontokan padi menggunakan mesin.
Pada
tahun 80-an petani di desa tersebut cara tanam padi sawah menggunakan system
tekel. Namun dengan adanya penemuan teknologi/inovasi dan petani selalu
mengakses informasi untuk bagaimana teknologi yang dapat diaplikasikan lebih
efektif, efesien dan menguntungkan. Muncul-lah Inovasi menanam padi dengan cara
tanam jajar legowo dianggap sebagai inovasi yang lebih efektif dan efesien dan
merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
4.2
Pengenalan PTT Padi Sawah Cara Tanam Jajar Legowo
Pada tahun 2002, Pemerintah melalui
Kementerian Pertanian memberikan bantuan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
kepada petani di Desa Kemamang dan pada saat bersamaan (tahun 2002), petani menanam
padi dengan system jajar legowo dengan pengaturan jarak tanam 2:1, 3:1 dan 4:1.
Dengan adanya bantuan PTT,
45 % petani
pada Desa Kemamang menanam padi dengan cara tanam jajar legowo dan yang lainnya
tetap menanam padi dengan system tegel. Namun pada tahun 2005 dari
45 % petani yang menanam padi dengan jajar legowo
turun drastis hingga saat evaluasi menjadi 0,86 % yang masih mananam padi
dengan cara legowo. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Petani yang menanam padi dengan cara jajar legowo pada Desa Kemamang
Nama
|
Luas
Lahan (M2)
|
Jumlah
|
|
Cara
Jajar Legowo (M2)
|
Cara
Jajar Tegel (M2)
|
||
Pujiono
|
7.000
|
-
|
7000
|
Daim
|
5.000
|
3.750
|
8750
|
Yahman
|
3.500
|
2.700
|
6200
|
Jumlah
|
15.500
|
6.450
|
21.950
|
Sumber : Hasil Wawancara
Dengan Responden
Keadaan tabel 1 merupakan gambaran tiga
orang petani yang menerapkan system tanam jajar legowo yang ada di Desa
Kemamang, dengan kata lain bahwa dari sejumlah luasan lahan 21.950 yang
dimiliki 15.500 menerapkan jajar legowo dan 6.450 menanam padi dengan cara
tegel. Sehigga dalam hal ini masih dibutuhkan kerja keras Petugas Penyuluh
Lapangan Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (PPL WKPP) untuk meningkatkan
perilaku (Pengetahuan Keterampilan dan Sikap) petani yang ada di desa tersebut.
4.3 Tujuan pelaksanaan evaluasi
penyuluhan pertanian
Untuk menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan
pertanian, maka langkah – langkah yang dilakukan adalah :
1. Menjaring data sekunder
Data sekunder
yang diperoleh pada saat pengambilan data adalah Programa tingkat kecamatan. Dalam
Programa Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro parameter dalam aspek penyuluhan
pertanian adalah tersusunnya programa penyuluhan pertanian. Hal ini sesuai
dengan menjaring data sekunder adalah yang berhubungan dengan program/kegiatan atau obyek yang
akan dievaluasi. Selain itu, evaluator menelaah/mempelajari programa penyuluhan pertanian kecamatan sebagai data
pendukung diantaranya
adalah :
§
Sejarah dari rencana sampai dilaksanakan obyek evaluasi.
§
Tujuan dari kegiatan penyuluhan.
§
Organisasi dan aktivitas pelaksanaan program/kegiatan ( Struktur
organisasi dan
§
jadwal ).
§
Sumber daya yang mendukung.
§
Rencana kegiatan penyuluhan.
2. Menjaring Data Primer
Obyek yang dievaluasi oleh evaluator ialah diperoleh dari
pengambilan data sekunder yaitu telaahan Programa Kecamatan Balen yang sudah
ditetapkan sebagai bahan (masalah), dan juga evaluator mengidentifikasi para
pemangku kepentingan secara individu dan kelompok anggota masyarakat yang
terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan evaluasi (Penyuluh,
Pengurus Gapoktan, Poktan, Anggota Poktan, Warga sekitar). Cara ini dilakukan
untuk penggalian data primer (empiris) untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya.
Pengumpulan
data evaluasi dilakukan melalui desk study (data sekunder), sedangkan
data primer melalui Fokus Grup Diskusi (FGD), ajang sana, wawancara kunci dan
wawancara (interview) mendalam menggunakan kuesioner terhadap petani/responden.
Didasarkan pada penjelasan tersebut, sesuai hasil
telaahaan Programa Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro bahwa proses
pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian disusun sesuai dengan hasil
identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem pada wilayah Kecamatan Balen
yang kemudian dijadikan sebagai bahan dalam melakukan kegiatan penyuluhan
pertanian.
Perpaduan
antara pengambilan, penggalian data dan informasi yang diperoleh dari data
sekunder dan data primer dipelajari untuk menentukan judul evaluasi. Penentuan
judul evaluasi menguras tenaga, waktu dan pemikiran. Cara yang tepat untuk
menentukan judul adalah menjaring data dan informasi sambil dikusi dengan semua
pemangku kepentingan, baik secara induvidu maupun kelompok, tatap muka maupun
melaui telpon seluler dan atau email. Adanya bantuan diskusi dengan semua pihak
itulah, sehingga evaluator dapat menetapkan judul
evaluasi tentang Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan
Cara Tanam Jajar Legowo.
4.4 Metode evaluasi
Pemilihan metode
evaluasi yang dipergunakan untuk menjaring data dan informasi dipertimbangkan
secara teoritis dan praktis.
a.
Pertimbangan teoritis ini dimaksudkan dengan data yang diperlukan
evaluator untuk untuk pencapaian tujuan evaluasi.
b.
Pertimbangan praktis. Hal ini terlihat sangat simple, namun tidak
diperhitungkan secara sistematis, maka sangat berpengaruh terhadap obyek yang
diteliti. Seperti yang dijelaskan pada tujuan pelaksanaan evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penetapan dan penggunaan
metode evaluasi adalah menggunakan metode kuantitatif.
Mengapa menggunakan metode kuantitatif, karena ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan praktik pelaksanaan evaluasi yaitu berkaitan dengan
ketersediaan waktu terbatas, tenaga, biaya dan pengambilan data responden.
Dalam metodologi penelitian dan teknik penyusunan skripsi
Abdurrahmat Fathoni, (2005 : 104) menjelaskan bahwa data artinya informasi yang
didapat melalui pengukuran – pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai
landasan dalam menuyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedang fakta itu
sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik, antara
lain melalui analisis data.
4.5 Instrument evaluasi
Setelah
menetapkan metode evaluasi salah satu persyaratan seorang evaluator harus mampu
menyusun intrumen yang diperlukan untuk menjaring data. Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam instrument evaluasi adalah rencana menjaring data, menyusun
kisi-kisi dan menyusun koesioner. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka
evaluator dapat melakukan penataan pengambilan data dalam betuk tabel. Dari
tabel perencanaan menjaring data evaluasi yang sudah disiapkan, kemudian
dikembangkan menjadi kisi-kisi untuk
menyusun koesioner.
Instrumen evaluasi yang disusun
merupakan proses tanya jawab tertulis dalam bentuk pertanyaan yang diberikan
kepada responden untuk menjawab. Selain sebutan evaluator, orang yang
mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang diberikan wawancara
disebut interviewe. Interviewe dibedakan mejadi dua macam yaitu responden dan
informan. Yang dimaksud dengan responden adalah sumber data primer, data
dirinya sendiri sebagai obyek sasaran penelitian dan informan yaitu sumber data
sekunder, data dari pihak lain, tentang responden (Abdurrahmat Fathori, 2005).
Pada prinsipnya, jenis-jenis
instrument dalam evaluasi hampir sama dengan penelitian dasar dan penelitian
terapan. Jenis-jenis instrument yang salah satunya koesioner. Koesioner berupa
butir-butir pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden. Jawaban
responden merupakan gradasi yang bergerak sangat positif sampai sangat
negative.
4.6 Rekapan dan mentabulasi jenis data hasil evalusi.
Tabulating
adalah mentabulasi data yang diperoleh sesuai dengan item pertanyaan. Metode
yang digunakan dalam pengolahan sikap adalah skala model likert dimana setiap
pertanyaan responden akan diberi skor sesuai dengan skala kategori jawaban yang
diberikan.
Angket
atau Koesioner evaluasi menggunakan teknik skala likert dengan tingkat pengukurannya/kategori rendah, tinggi dan persen
(%). Sedangkan kategori jawaban terdiri atas 5 jawaban seperti : a) sangat
setuju (SS), b) setuju (S), c) ragu-ragu (R), d) tidak setuju (TS), dan e) sangat
tidak setuju (STS).
Skala likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner untuk evaluasi program/kegiatan.
Koesioner yaitu pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh respoden secara
tertulis. Jenis koesioner terdiri dari koesioner tertutup yang dimana
alternative jawabannya disediakan.
Menurut
Sugiyono (2007), dalam Modul Praktik Kerja Lapangan III (2015 : 18) bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Hasil evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam
Jajar Legowo pada Desa Kemamang, sebagai
sampel dilakukan terhadap 20
responden.
4.7 Alisis data yang dikumpulkan
sesuai dengan hasil evaluasi
Analisis
data hasil evaluasi menggunakan analisis Skor
T untuk mengetahui tingkat pemahaman petani dengan kategori respon rendah
dan tinggi. Analisis data ini dapat diuraikan berdasarkan hasil wawancara
tertutup terhadap 20 orang petani sebagai sampel. Yang di maksudkan dengan
sampel/populasi sasaran adalah sebagian dari populasi sampling yang
parameternya akan diduga melalui penelitian terhadap sampel (Abdulrrahmat
Fathoni, 2005). Oleh sebab itu, pengambilan sampel evaluasi merupakan wakil sah
dari populasi sampling. Aspek yang diukur ialah Sikap Petani Terhadap Penerapan
Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo. Pemberian
skor terhadap rekapan hasil evaluasi untuk setiap pernyataan responden, disesuaikan dengan nilai skala
kategori jawaban yang telah direkap. Pemberian scoring terhadap sampel
petani/populasi dilakukan dengan menggunakan “Skor T” dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Data Evaluasi
No
|
Kategori
Respon
|
T
|
Jumlah
Responden (orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Rendah
|
< 50
|
9
|
45
|
2
|
Tinggi
|
> 50
|
11
|
55
|
Sumber : Olah Data Primer
4.8 Menetapkan hasil evaluasi
Seperti
hal yang telah di bahas sesudahnya bahwa pengenalan padi sawah cara tanam jajar
legowo petani Desa Kemamang sudah mengadopsinya. Bahkan pada awal tahun 2002, teknologi
tersebut diterapkan oleh petani di Desa Kemamang, tetapi tidak berkelanjutan
dan berkahir di tahun 2004. Berawal dari permasalahan ini, maka dilakukan
evaluasi sikap petani terhadap penerapan teknologi jajar legowo. Sikap adalah
suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Pendapat lain, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu (Newcomb seperti dikutip oleh Nursalam,
2003 :131). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak
(unfavorable) pada objek tersebut (berkowits, 1972 dikutip oleh Saifuddin
Azwar, 2003 :5). Sumber : http://visualiasasi.blogspot.com/2009_11_01_archive.html.
Berdasarkan pejelasan tersebut,
sesuai hasil pengolahan data yang ditabulasi, kemudian dihitung menggunakan
analisis perhitungan scoring T (skor
standar), bahwa dari
20 orang petani/responden sebagai sampel ditemui tingkat respon atau sikap petani/responden terhadap
penerapan inovasi menanam padi dengan cara tanam jajar legowo pada desa
kemamang yang
dikategori rendah berjumlah 9 orang atau
di persenkan 45 % dan untuk kategori respon tinggi berjumlah 11 orang atau 55 %
(tabel 2). Ini artinya tingkat
respon petani terhadap teknologi jajar legowo sesuai data analisis 55 % (>
50) dikatakan menerima.
Namun
kondisi (hasil analisis yang menyatakan 55 % petani menerima) tersebut tidak
sesuai dengan kenyataan dilapangan yang dimana terdapat 0,86 % petani mananam
padi dengan cara jajar legowo, sedangkan 99,14 % menanam padi dengan cara tegel
(tabel 1). Walau pun kondisi riil tidak identik dengan hasil analisis, tetapi
hal tersebut sangat berpotensi jika dikembangkan dengan baik melalui kegiatan
penyuluhan pertanian. Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia
dan yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi masalah yang ada atau pun
digunakan dalam upaya mencapai tujuan.
Untuk mencapai target sesuai hasil
anaslis sikap petani 55 % merespon teknologi jajar legowo dan mengatasi masalah
ini, maka perlu dilakukan kaji terap (pengkajian) untuk meyakinkan petani bahwa
teknologi jajar legowo lebih efesien, efektif dan menguntungkan. Pengkajian/pengujian
teknologi anjuran adalah kegiatan pengembangan penelitian sebelum dilakukan uji
coba lapang (kaji terap) dari suatu teknologi hasil penelitian yang dilakukan
dilahan percontohan (Permentan 2009). Terkait dengan pengkajian teknologi
anjuran, maka teknologi jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang
terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Menurut Sekretariat Badan Koordinas Penyuluh, (2012), dalam Hasil Kaji Terap BP Kecamatan Binuang (2013),
tanam jejer legowo adalah pengaturan jarak tanam padi dengan pola
berselang-seling dengan mengosongkan satu baris. Umumnya yang digunakan adalah
model jejer legowo 2:1, 3:1 dan 4:1. Sedang menurut BPTP lampung (2013)
menambahkan pada jejer legowo juga dapat diterapkan model 4:1 dan 5:1.
Kelebihan penerapan
tanam model jejer legowo dibandingkan dengan tanam tegel yaitu: 1) rumpun
tanaman yang berada dipinggir lebih banyak, 2) terdapat ruang kosong sebagai
tempat pengaturan air, 3) pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah, 4) pada
tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disukai tikus, 5)
pengunaan pupuk lebih berdaya guna.
Selain dilakukan pengkajian
teknologi, alternative lain yang dibutuhkan untuk merngubah sikap petani adalah
kegiatan penyuluhan pertanian yang memotivasi petani dengan penuh keyakinan
bahwa, teknologi jajar legowo sangat cocok untuk diterapkan. Menurut Slamet, (2003) bahwa, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya, di antaranya telah dicanangkannya Revitalisasi
Penyuluhan Pertanian (RPP), yaitu suatu upaya mendudukkan, memerankan dan
memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan
pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan.
Sesuai pendapat tersebut, maka
dibutuhkan partisipasi aktif petani dan penyuluh merupakan kunci utama
keberhasilan penerapan inovasi teknologi jajar legowo melalui pendekatan PTT.
Yang dimaksudkan dengan partisipatif adalah petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian
teknologi yang
sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di
Laboratorium Lapangan
(Zulkifli Zaini dkk, 2010).
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan
inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani
melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.
Pada prinsipnya, penerapan PTT adalah : Petani berperan aktif dalam pemilihan
dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan
kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan (Partisipatif); Memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani
setempat (spesifik lokasi); Sumber
daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu (terpadu); Pemanfaatan teknologi
terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling
mendukung (sinergis atau serasi); dan Penerapan
teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta
kondisi social-ekonomi setempat (dinamis).
Berdasarkan hasil analisis data primer,
(data empiris) sikap petani dikategori tinggi ini dipengaruhi oleh karakteristik
petani yaitu umur, tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan. Hal ini artinya, karakteristik petani belum
berperan terhadap kinerja penyuluh atau sebaliknya kinerja penyuluh belum
memperhatikan (berdasarkan) karakteristik petani, kecuali pendidikan non formal
(Marliati dkk).
Petani
Desa Kemamang, hasil wawancara bahwa petani sudah memahami tentang teknologi
jajar legowo 2:1, 3:1, 4:1, tetapi tingkat kerumitan menanam padi dengan cara
tanam jajar legowo ialah pada saat menanam padi di sawah menggunakan tali
sebagai pelurus (jajar) larikan padi agar tetap lurus dan membutuhkan tenaga
kerja yang banyak pada saat menanam padi. Sedangkan hal sangat berpengaruh sikap
petani untuk menanam padi dengan cara jajar legowo ialah tingkat keuntungan. Hal
ini (keuntungan) sesuai hasil sampel ubinan produksi padi pada Desa Kemamang
terhadap luasan lahan 6.200 M2 yang dimana pada luasan lahan jajar
legowo 3.500 M2 dan luasan lahan tegel 2.700 M2 dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Analisis produksi Padi Pada Desa Kemamang
Cara Tanam
|
Luas
Lahan (M2)
|
Jumlah
Rumpun
|
Hasil
Ubinan (Ton/Ha)
|
Jajar Legowo
|
3.500
|
130
|
10,700
|
Jajar Tegel
|
2.700
|
110
|
11,200
|
Jumlah
|
6200
|
240
|
12,900
|
Sumber : Olah Data
Primer
Dari hasil pengambilan sampel ubinan
bersama Penyuluh Pertanian, BPS Bojonegoro, Mahasiswa STPP Malang dan petani
yang ikut menyaksikan pengambilan sampel tersebut, sesuai hasil pada tabel 3 bahwa, hasil ubinan menunjukan
tingkat produksi tinggi adalah cara tanam padi dengan menggunakan system tegel
dengan hasil 11,200 Ton/Ha. Dari hasil yang telah ter-uraikan dapat disimpulkan
bahwa, yang mempengaruhi sikap petani terhadap penerapan inovasi jajar legowo
adalah pendidikan, umur, kepemilikan lahan, tingkat kerumitan dan keuntungan.
Sehingga Petani Desa Kemamang tetap menanam padi dengan cara tanam tegel. Menurut
Sayogyo (1985), Variabel pandangan petani terhadap sifat-sifat inovasi dengan
tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1 menujukkan beberapa sifat memberikan
pengaruh nyata yaitu tingkat keuntungan, tingkat kerumitan, dan tingkat
kemudahan.
Dilain
sisi membicarakan mengenai karakteristik petani yang berdampak terhadap
penerapan teknologi jajar legowo pada wilayah Desa Kemamang, maka tidak melupakan sosok seorang
penyuluh sebagai mitra kerja/pendamping petani dalam melaksanakan aktivitas
pertanian. Berkaitan dengan kapasitas, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah
agent of change, communicator, dan motivator (agen perubahan, komunikator, Dan motivator) bagi petani. Maksud dari hal tersebut adalah perlu
adanya penambahan tenaga penyuluh pertanian dalam hal pendampingan petani.
Terkait
dengan pendampingan ini, sesuai dengan hasil evaluasi pada Desa Kemamang, terdapat tenaga penyuluh pertanian
lapangan tingkat desa, 1 orang penyuluh membawahi atau wilayah bimbingannya 4 desa. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap memotivasi petani (anggota kelompoktani) dalam menerapkan teknologi jajar legowo. Karena untuk
mengetahui karakteristik petani secara dekat (mendalam), dibutuhkan tenaga
penyuluhan pertanian. Oleh sebab itu, disarankan untuk disetiap desa satu orang
tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sehingga dibutuhkan untuk selalu
bersama-sama dengan petani dilapangan. Sebab tenaga pendamping/penyuluh
mempunyai peranan yang sangat diharapkan untuk memberikan informasi dan memotivasi petani untuk melakukan usaha-usaha di bidang pertanian.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Tujuan
pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengetahui Respon Petani Terhadap Penerapan
Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo Pada Desa Kemamang.
2.
Metode
evaluasi yang sesuai untuk evaluasi Sikap
Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi Dengan Cara Tanam Jajar Legowo
Pada Desa Kemamang adalah metode kuantitatif, komonikasi lansung :
wawancara tertutup (koesioner), wawancara kunci, wawancara tani, wawancara
kelompoktani, duiskusi, ajangsana dan komonikasi tidak lansung : telepon/sms
dan email.
3.
Instrument
evaluasi yaitu berupa koesioner.
4.
Hasil
tabulasi data menunjukan total data 862, rata-rata 43,1 dan standar deviasi
4.756159.
5.
Hasil
analisis data menggunakan perhitungan skor T, petani dengan kategori respon
rendah sebanyak 9 orang dan 11 orang tinggi. Dengan kata lain 45 % petani
mempunyai respon rendah dan 55 % mempunyai respon tinggi.
6.
Hasil
perhitungan (skor T) tinggkat respon petani terhadap teknologi jajar legowo 55
% (>50) dikatakan menerima (tinggi) dan 45 % (<50) menolak (rendah).
5.2 Saran
1.
Petani
Diharapkan agar petani dapat
mengetahui dan memahami inovasi
dan teknologi baru dalam meningkatkan produktifitas secara
baik dan dapat di kembangkan.
2.
STPP Malang
Dengan adanya program praktek kerja
lapangan ini diharapkan terjadi hubungan kerjasama yang baik antara pihak
akademik dan pihak setempat dan stakeholder lainnya.
3.
Pejabat setempat
a.
Diharapkan
agar dapat membantu
memotivasi pelaku utama (petani) untuk selalu mengikuti perubahan budaya
pertanian.
b.
Disarankan
kepada dinas terkait untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap teknologi
menanam padi cara jajar legowo dan menanam padi cara tegel pada Desa Kemamang.
c.
Disarankan
kepada dinas terkait untuk memperhatikan penambahan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) pada Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro terutama Desa
Kemamang.
4.
Penyuluh
a.
Diharapkan
Penyuluh Pertanian
Lapangan selalu memotivasi
petani untuk mengadopsi
teknogi pertanian yang efektif, efesien dan menguntungkan sesuai dengan
perkembangan zaman.
b.
Disarankan
untuk penyuluh selalu ada dan tetap bersama-sama dengan petani untuk melakukan
penelitian dibidang pertanian terutama budidaya padi dengan cara jajar legowo
dan tegel.
c.
Diharapkan kepada
penyuluh pertanian lapangan agar supaya membantu menyusun programa tingkat desa.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Farid dkk, 2015. Modul Praktik Kerja Lapangan III Tahun
Akademik 2014/2015, Malang, STPP Malang.
Dandan
Hendaya dkk, 2010, Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian BPP. Cijati, Cianjur.
Fathoni Abdurrahmat, 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Sripsi. Rineka Cipta 2011, Jakarta.
Ismulhadi.,Rustandi Y.,
Warnaen. A.,2013, Modul Evaluasi
Penyuluhan Pertanian.
Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.140/9/2013 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian.
Purba Leonard dkk. Faktor - Faktor
Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi
Anjuran Budidaya Kentang. (Studikasus: Kecamatan
Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara). Jl. Prof.A.Sofyan No.3
Medan. HP. 081362154709 E.Mail Poerbaleo@gmail.com.
Riduwan, 2013. Metode dan teknik Menyusun Proposal
Penelitian. Penerbit Alfabet, cv. Jl. Gegerkalong Hilir. No. 84 Bandung.
Supriyanto
Eka Adi dkk. Pengaruh Sistem Tanam
Legowo Dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Padi. Jln Sriwijaya No: 3 Pekalongan Telp : (0285) 421464, 426800.
Zulkifli
Zaini dkk, 2011. Departemen Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jalan Merdeka 147
Bogor 16111. Telp:
0251-8334089, 8332537; Fax 0251-8312755. E-mail: crifc1@indo.net.id; crifc3@indo.net.id. Website:
pangan.litbang.deptan.go.id.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url
= http%3A%2F%2F www.pps.unud.ac.id % 2Fthesis%2Fpdf_thesis%2
Funud-149-436938797- bab%2520%2520ii.
pdf&ei=sZTtVIzWFczhuQTU-IGoCA&usg= AFQjCNGtEBTMkc
2iOII-AXyVrfLPHU-KzQ&sig2=-EokyYNHus 74T67EjPHPWQ&bvm
=bv.86956481,d.c2E
http://m.epetani.deptan.go.id/blog/mengevaluasi-pelaksanaan-penyuluhan-pertanian-erwin-sp-3843
https://fathirphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-likert/
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_penyuluhan_pertanian
http://visualiasasi.blogspot.com/2009_11_01_archive.html
LAMPIRAN
Lampiran
1. Berita Acara PKL
Pada hari ini Jumat, Tanggal Dua Puluh
Empat Bulan April Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Desa Kemamang,
Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
I/II/III :
Nama Mahasiswa
|
:
1
2
3
4
5
6
7
8
|
SEPTINUS
LABOK
HALENA
MOU
YANCE
DARAKAY
WAHYU
HARYANTO
YOHANES
BEDA
MARIA
GORETHI HOAR MAU
SUSANA
DJONTJE DJEROL
BENRIANUS
UMBU PAJAILUNG
|
Pembimbing Ekstern
|
:
|
SRIANI,
SP.
NIP. 19640818 198711 2 001
|
Kepala
Desa
|
:
|
NUR KHOTIMAH SETYORINI
|
Oleh pembimbing ekstern dan kepala
desa yang namanya tercantum dibawah ini dan dinyatakan mahasiswa yang
nama-namanya tersebut diatas melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
Pembimbing Ekstern
SRIANI, SP.
NIP.
19640818 198711 2 001
|
|
Kepala Desa
NUR
KHOTIMAH SETYORINI
|
Kemamang, 24 April 2015
Mahasiswa
SPETINUS
LABOK
NIRM. 07.1.2.12.1395
|
Lampiran
2. Berita Acara Evaluasi
Pada hari ini Kamis, Tanggal Enam
Belas Bulan April Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Desa Kemamang,
Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Tiga :
Nama Mahasiswa
NIRM
Judul PKL
|
:
:
:
|
SEPTINUS
LABOK
07.1.2.12.1395
Evaluasi
Sikap Petani Terhadap Penerapan Inovasi Menanam Padi dengan Cara Jajar Legowo
|
Pembimbing Ekstern
|
:
|
SRIANI,
SP.
NIP. 19640818 198711 2 001
|
Kepala
Desa
|
:
|
NUR KHOTIMAH SETYORINI
|
Oleh pembimbing ekstern yang namanya
tercantum dibawah ini dan dinyatakan mahasiswa yang bersangkutan melaksanakan Evaluasi Sikap Petani Terhadap Penerapan
Inovasi Menanam Padi dengan Cara Jajar Legowo.
Pembimbing Ekstern
SRIANI, SP.
NIP.
19640818 198711 2 001
|
|
Kemamang, 24 April 2015
Mahasiswa
SPETINUS
LABOK
NIRM.
07.1.2.12.1395
|
Mengetahui,
Kepala Desa
NUR
KHOTIMAH SETYORINI
|
Lampiran
3. Perencanaan
Menjaring Data Evaluasi
Tujuan
Evaluasi
|
Pertanyaan Evaluasi
|
Data yang diperlukan
|
Sumber data
|
Koesioner
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Mengindetifikasi factor yang
mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
1. Apakah factor karakteristik mempengaruhi
penerapan inovasi jajar legowo
|
Jenis
karakteristik yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
20 orang
petani yang mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
|
Koesioner
|
2. Apakah karakteristik induvidu
mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
Jenis karakteristik induvidu
yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
20 orang petani yang
mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
|
Koesioner
|
|
3. Apakah metode penyuluhan mempengaruhi
penerapan inovasi jajar legowo
|
Metode
penyuluhan yang mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
20 orang petani yang
mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
|
Koesioner
|
|
4. Apakah teknik komonikasi mempengaruhi
penerapan inovasi jajar legowo
|
Teknik komonikasi
mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
20 orang petani yang
mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
|
Koesioner
|
|
5. Apakah jenis inovasi yang telah
diterapkan mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
Jenis
inovasi yang telah diterapkan mempengaruhi penerapan inovasi jajar legowo
|
20 orang petani yang
mendapatkan penyuluhan tentang inovasi jajar legowo
|
|
Lampiran 4. Kisi – Kisi
Pengembangan Variabel dan Indicator Koesioner
Variabel
|
Dimensi
|
Indikator
|
Butir Koesioner
|
Evaluasi
sikap petani terhadap penerapan inovasi jajar legowo
|
Sikap petani
terhadap inovasi jajar legowo
|
Sikap petani terhadap cara
tanam legowo
|
1.
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo merupakan salah satu
rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
2.
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo, meningkatkan jumlah populasi tanaman padi dengan mengatur jarak
tanam
3.
Menanam padi dengan cara tanam
tegel menigkatkan populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam.
4.
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama
tikus.
5.
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo dapat memanfaatkan sinar matahari secara obtimal
|
|
Menanam
padi dengan system jajar legowo
|
Petani mau menanam padi
dengan cara jajar legowo
|
6. Menanam
padi dengan cara tanam jajar legowo, produksi padi tinggi/memuaskan.
7. Menanam
padi dengan cara tanam jajar legowo jumlah pulasi banyak tetapi produksinya
rendah/tidak memuaskan.
8. Menanam
padi dengan cara tanam tegel jumlah populasi banyak, produksinya rendah/tidak
memuaskan
9. Sudah
pernah menanam padi menggunakan cara tanam
jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).
10. Belum
pernah menanam padi dengan cara tanam jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).
11. Ada
keinginan/pengen menanam padi dengan cara tanam jajar legowo
12. Sudah
menjadi tradisi/terbiasa menanam padi dengan cara tegel
|
Lampiran 5.
Quisioner
I.
Identitas Responden
Nama Responden
|
:
|
…………………………
|
Kelompok Tani
|
:
|
………………………….
|
Jenis Kelamin
|
:
|
………………………….
|
Umur
|
:
|
………………………….
|
Pendidikan
Terakhir
|
:
|
SD / SMP / SMA /
DII / DIII / S1
|
Desa
|
:
|
Kemamang
|
Kecamatan
|
:
|
Balen
|
Kabupaten
|
:
|
Bojonegoro
|
Luas Lahan
Garapan
|
:
|
a. Milik; b. Sewa; c. Penggarap
|
II.
Petunjuk Pengisian
Pilih jawaban dengan
memberi tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai
menurut Bapak/ Ibu/ Saudara. Adapun makna tanda tersebut adalah sebagai berikut
:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS =
Sangat Setuju
III. Daftar
Pernyataan
No
|
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
STS
|
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
1
|
Menanam padi dengan cara tanam jajar legowo merupakan salah satu
rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo, meningkatkan jumlah populasi tanaman padi dengan mengatur jarak
tanam
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Menanam padi dengan cara tanam
tegel menigkatkan populasi tanaman padi dengan mengatur jarak tanam
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama
tikus.
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo dapat memanfaatkan sinar matahari secara obtimal
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo, produksi padi tinggi/memuaskan.
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Menanam padi dengan cara tanam
jajar legowo jumlah pulasi banyak tetapi produksinya rendah/tidak memuaskan.
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Menanam padi dengan cara tanam
tegel jumlah populasi banyak, produksinya rendah/tidak memuaskan.
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Sudah pernah menanam padi menggunakan
cara tanam jajar legowo (2:1, 3:1,
4:1).
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Belum pernah menanam padi dengan
cara tanam jajar legowo (2:1, 3:1, 4:1).
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Ada keinginan/pengen menanam padi
dengan cara tanam jajar legowo
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Sudah menjadi tradisi/terbiasa
menanam padi dengan cara tegel
|
|
|
|
|
|
|
|
……………………, ……………… 2015
Responden
……………………………………
|
||||||
Lampiran
5. Rakap
Hasil Evaluasi
Nama Responden
|
Jawaban
Pernyataan
|
Jml
|
T
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|||
Kasno
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
42
|
47.687
|
Yadiman
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
-
|
-
|
3
|
4
|
35
|
32.969
|
Damirah
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
-
|
-
|
3
|
4
|
37
|
37.175
|
Kasri
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
42
|
47.687
|
Suwaji
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
-
|
-
|
3
|
4
|
35
|
32.969
|
Yatini
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
-
|
-
|
3
|
4
|
35
|
32.969
|
Daim
|
5
|
5
|
3
|
5
|
5
|
4
|
2
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
45
|
53.995
|
Rendi Arbiyanto
|
4
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
2
|
43
|
49.790
|
Dedi
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
3
|
4
|
4
|
2
|
41
|
45.585
|
Rianto
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
46
|
56.097
|
Sutopo
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
2
|
2
|
5
|
5
|
5
|
2
|
50
|
64.508
|
A'an Musta'in
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
46
|
56.097
|
Sukadi
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
49
|
62.405
|
Yahman
|
4
|
4
|
3
|
5
|
5
|
4
|
2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
2
|
45
|
53.995
|
Mustakim
|
5
|
4
|
3
|
2
|
5
|
5
|
2
|
4
|
5
|
2
|
3
|
4
|
44
|
51.892
|
Radi
|
5
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
46
|
56.097
|
Sapran
|
5
|
5
|
2
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
1
|
2
|
50
|
64.508
|
Lamin
|
5
|
4
|
5
|
4
|
5
|
5
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
3
|
47
|
58.200
|
Yaeran
|
4
|
5
|
3
|
4
|
5
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
3
|
44
|
51.892
|
Jasmin
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
4
|
|
4
|
4
|
2
|
4
|
|
40
|
43.482
|
Total
|
862
|
1771.767
|
||||||||||||
Rata Rata
|
43.1
|
50.000
|
||||||||||||
Standar Deviasi
|
4.756159
|
-30.619
|
Lampiran 6
BUKTI FISIK KEGIATAN PRAKTIK
KERJA LAPANGAN (PKL) PADA LOKASI DI DESA KEMAMANG, KECAMATAN BALEN, KABUPATEN
BOJONEGORO, PRONVINSI JAWA TIMUR, 2015
Pengamatan Hama dan Penyakit
Pengamatan
hama dan penyakit pada lahan petani bersama THL POPT. Jenis hama yang menyebabkan batang dan
bulir padi mengering seperti pada gambar di atas. Sedang penyakit
mengakibatkan bercak kuning pada daun. Penyakit seperti jamur itu, disebut
Pillycularia atau dengan sebutan lain potong leher. Penyakit ini
mengakibatkan bulir padi jadi hampa/kosong.
Jenis Hama
Jenis – jenis hama yang di temui di
sawah sesuai hasil pengamatan bersama THL-POPT. Jenis – jenis hama pada
gambar itu ialah hama keong mas, wereng, walang sangit dan capung. Hama –
hama ini sering menyerang padi secara ekonomis merugikan petani.
Hama adalah sebab akibatnya dapat
dilihat dengan mata. Sedangakan penyakit adalah penyebanya tidak dapat
dilihat dengan mata dan mengakibatkan tanaman jadi layu dan kering (Sumber
: Hasil wawacara bersama THL-POPT).
Telur Hama Keong Mas
|
Menggambarkan telur keong mas yang tertempel
pada batang padi dan berada disekitaran padi yang terletak pada tanah. Menurut
keterangan petani bahwa hama keong mas terlihat di sawah dalam jumlah sedikit,
maka cepat dilakukan pengendelalian secara manual sehingga pengedaliannya dapat
diatasi dan mudah. Hal ini dilakukan untuk mencegah keong mas sehingga tidak
tercapai jumlah yang banyak. Sebab jika terdapat jumlah yang banyak disawah,
maka sulit untuk dilakukan pengendalian dan hama tersebut akan menyerang taman
padi secara ekonomis merugikan petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar